click to generate your own text

TERJEMAHAN

MENU TANBAHAN

ARSIP BLOG

PENGIKUT

Pengunjung

PESAN

Diberdayakan oleh Blogger.
Senin, 01 April 2013

PUISI PILIHAN DALAM LOMBA CIPTA PUISI LINGKUNGAN


BUMIKU MATI
(Dimas Chandra)
Cakrawala pagi,
            Tumbuh,
Merekah,
                                    Menembus dedaunan … (kering)
Sesekali hinggap pipit berkicau,
Seolah memaksakan kehidupan dari kematian ini
                                                                        Terlihatlah dari kejauhan
                                                            Pohon-pohon …
                                                Hanyalah batang
                                    Tak berklorofil
Tanah-tanah …
            Hanyalah pecahan-pecahan
Mati ….

Begitu pula,
Para malaikat ududk di antara awan-awan
            Menggenggam piano mungil
                        Menyusun sajak kematian
                                                Bumi,
                                    Menangis …
                        Seolah teriris pisau berkilau
Merintih …

Mungkin alam telah sekarat …
            Usianya hanyalah hitungan jari
                        Menanti saat-saat kematian,
                                    Dan sirna …





DESAKU DI AMBANG PILU
(Asnah Nurul Khitimah)

Nanah pilu, terus mengalir
Embun mata terus bercucuran
Bahkan serasa buram
Pada fatamorgana kenyataan

Melihat suasana desa
Di ambang kematian
Melihat lahan desa
Asing dalam pandangan

Ya …………..
Gedung-gedung bertingkat
Yang pernah singgah dalam mimpi
Kini jadi nyata

Hendak ke mana kucari
Desa yang dulu riang akan kesederhanaan
Kini terkubur masa
Terores karatnya waktu
Kucoba telusuru labirin
Hingga pikirku penat
Namun …..
Kupercaya cahaya kasih
Di sana terus memanduku


LAUTNYA DI PAGI HARI
( Nurul Vicky)

Mataku terbuka melihat dari kejauha
Tampak sang nyiur memberikan lambaian
Sambutan tawa sang nelayan
Senyuman lembut mentari yang bergembira
Deburan ombak yang memecah karang
Keceriaan tergambar  dari lincahnya sang ikan
Bening air dan suasana tenang
Hembusan angin, membawa pejaman
Pejaman mata yang merasakan kelembutan
Jamuan indahnya pagi di tepi lautan

              Rambutku melayang terhembus angin
              Pikiranku pecah terhantam ombak
              Pandang mataku telah tercuri burung camar
              Senyum tulusku hanyut oleh arus laut
              Kakiku gemetar tersentuh dinginnya air laut

                        Dalam hatiku tlah terlukis ungkapku pada-Nya
                        Tuhan, inilah laut-Mu
                        Tuhan, inilah kekayaan-Mu
                        Tuhan, inilah pemberian-Mu
                        Lautan asri, yang tak ternodai
                        Lautan indah di pagi hari
                        Terima kasih ucap syukurku
                        Atas kayang, indahnya, dan bergunanya
                        Laut-Mu …..

Pada kesempatan lain akan dimuat karya puisi yang masuk sepuluh besar
Maaf Pak Herman atas keterlambatan saya memuat puisi pilihan ini.
(Salam dari: JawaM@dura.com)



0 komentar: