click to generate your own text

TERJEMAHAN

MENU TANBAHAN

ARSIP BLOG

PENGIKUT

Pengunjung

PESAN

Diberdayakan oleh Blogger.
Selasa, 27 Maret 2018

Indahnya Pantai Slopeng
Karya : Nahriyatul Faidah

  Pantai Slopeng.......
  Gunung pasir menjulang putih
  Daun-daun kelapa melambai riang
  Pepohonan menghijau
  Menghiasi keindahan pantai

          Oh.....pantai Slopeng
          Ombak berkejar-kejaran
          Berdebur memecah karang
          Ikan-ikan mulai berenang,
          Riang, senang

                   Oh.....Tuhan
                   Sungguh indah ciptaan-Mu ini
                   Oh.....Tuhan
                   Akan kujaga alam ini
                   Sampai akhir hayatku


Indahnya Pantai
Karya : Eka Nur Afia Rohmayati
Langit biru berkilauan
Mendinginkan penglihatan
Menjernihkan pikiran
Angin bertiup perlahan
Sejuk kurasakan
          Pantaiku ...........
          Ombak yang bergulung
          Pasirnya mengkilau
          Nyiur yang melambai
          Menyejukkan mata dan hati
Perahu nelayan menghiasi lautan
Butiran pasir terhampar luas
Warna ombak dan langit yang biru
menghiasi penglihatan
          Oh tuhan............
          Terimakasih atas karunia-Mu

Pagi yang indah
        Karya : M.rizal
Pagi hari agin bertiup sepoi-sepoi
Menerpa dedaunan
Burung bernyanyi-nyanyi,menari-nari
                                      Pagi hari jejak-jejak petani
                                      Menghiyasi tanah yang subur
                                      Menunggu matahari keluar
                                      Dari singgah sananya
Pagi hari awan bersisik putih
Menghiyasi langit sejuk dihati
Oh.....tuhan
Sungguh mulia ciptaanmu

Mentari Pagi
Karya : Roby Nizar Maulana

Aku terbangun di pagi hari
Sang mentari menyinari bumi
Sinarnya menenangkan hati
Menyambut pagi ini

                   Suara  burung terdengar merdu
                   Berterbangan di langit biru

Oh Tuhan......
Sungguh indah ciptaan-Mu
Aku akan selalu menjaga alam ini

Indahnya Pantai
Kara :; Andriyono
Burung-burung berkicau riang
Mengiringi terbitnya mentari di ubuk timur
Agin sepoi-sepoi menyejukkan pagi
Mentari bersinar dan tersenyum cerah
                   Ombak berkejar-kejaran ketepian
                   Ikan-ikan berenang,senang
                   Keindahan pantai ini
                   Semua orang terpesona
Oh Tuhan.....
Sungguh indah ciptaan_Mu ini
Aku akan selalu menjaga keindahan
Yang kau berikan ini
                                                                            
Indah Pantaiku
Karya : Dewi Sartika
Pantaiku .............
Gunung pesisir menjulang putih
Pepohonan menghijau
Pohon nyiur melambai-lambai
Pohon cemara menyejukkan pantai
          Angin bertiup sepoi-sepoi di pantai
          Ombak-ombak berkejar-kejaran
          debur ombak memecah karang
          Ikan-ikan berenang riang
          Sungguh indahnya pemandangan ini
Para nelayan gembira riang
Perahu nelayan berjejer siap
Untuk pemberangkatan
          Tuhan.....betapa indah pemandangan ini
                   Terima kasih Tuhan
 Indahnya Pantai
Karya : Dewi Sartika

Mentari Pagi menyapa alam
Angin bertiup sepoi sepoin
Dau- daun  menari berseri
Pohon menghiasi keindahan pantai
                   Burung berkicau riang di atas pohon
                   Ombak saling berkejaran
                   Ikan-ikan berenang riang
                   Perahu layar berjejer
                   Menambah         keindahan pagi
   Oh......Tuhan
\  Sungguh indah karuniamu
   Akan kujaga allam ini
          Sepenuh hatiku

Indahnya Alam
Karya : Deni Rozin
Mentari pagi menyinari alam
Angin bertiup sepoi-sepoi
Daun menari-menari
Burung berkicau riang dipinggir pantai
Ikan berkeliaran dipinggir pantai
Ombak saling berkejaran     
          Oh...................tuhan
          Sungguh indah ciptaanmu ini
          Oh....................tuhan
          Akan kujaga alam ini
          Sampai akhir hayatku
Gerhana matahari
                Karya: Amirul Husaini

Dini hari cahaya redup
Di bawah rembulan yang pucat
perlahan menggelap

bayangan bumi
diam diam merayap
di bawah rembulan yang diam
itulah gerhana

aku terdiam resah
bumiku pasrahoh
menanti gerhana musnah

oh Tuhan...
sungguh indah ciptaan mu
akan kujaga alam ini
dengan sepenuh hatiku


       

Pagiku tak Beruntung
(Cerpen Naja Maharani Prajna Paramyta dan Susiyanti)

Entah mengapa baru kali ini aku bangun sampai sesiang ini. Aku tatap jam dinding dikamarku telah menunjukkan pukul 06.30 tanpa basa-basi langsung aku lempar selimutku sambil berteriak keras.
“ Bu, aku kok tidak dibangunin? ” tanyaku dengan nada menyalahkan ibu, namun ibu tidak menjawab karena sibuk menyiapkan sarapanku.
            Aku usahakan mandi secepatnya hingga lupa menyikat gigiku. Aku langsung menuju kamarku dan memakai seragam sekolah.
            “ Ibu, antarkan aku sekarang juga! ” kataku memaksa.
            “ Ayahmu masih keluar, Nak. Tunggu sebentar lagi dia datang, ” kata ibu.
            “ Tidak, Bu. Aku tidak mau menunggu ayah. Aku sudah telat ayo antarkan aku sekarang! ” kataku sambil menarik lengan ibu memaksa. Ibu bergegas mengambil kerudungnya lalu mulai menyalakan sepeda motor. Tak berapa lama mesin motor dihangatkan aku langsung meminta ibu untuk berangkat.
@@@
Hari ini aku benar-benar kesal, tak pernah kubayangkan bahwa aku akan datang telat ke sekolah. Di jalan terus saja aku memaksa ibu untuk mempercepat laju motorku itu. Tiba-tiba di tengah perjalanan, jalan terhadang oleh kayu yang cukup besar dan terdapat tulisan juga di atasnya bahwa sedang ada perbaikan jalan. Dan pada saat itu pula ibu langsung mengerem mendadak, oleh karena itu kepalaku terbentur punggung ibu tanpa sengaja.
            “ Aduh ….. Kok ngerem mendadak, Bu? ” tanyaku pada ibu sambil mengusap kepalaku yang sakit karena benturan tadi.
            “ Nak, di depan ada perbaikan jalan , ” kata ibu padaku.
            “ Loh kok ada perbaikan jalan sih…., kemarin kan baik-baik saja. Mau lewat mana sekarang , Bu? ” tanyaku pada ibu dengan frustasi. Bagaimana tidak frustasi, sekarang aku sudah telat dan malah ditambah lagi jalan yang biasa kulewati setiap hari sedang ada perbaikan. Ingin menangis saja rasanya, akan tetapi menangis tak ada gunanya. Aku akan tetap telat dan akan tetap dimarahi sesampainya di kelas nanti.
“ Kita balik saja dulu, Nak. Kita lewat Dasuk saja, ” kata ibu menenangkanku yang sudah tampak gusar.
“ Aduh Bu … Kan jauh kalau lewat sana, bisa semakin terlambat aku, ” kataku pada ibu.
Aku benar-benar tidak sabar, aku sangat kesal. Mana mungkin ada perbaikan jalan hari ini, tidak bisakah besok saja perbaikan jalannya. Akhirnya dari pada lebih terlambat lagi aku menuruti apa kata ibu.
            “ Ya sudah …, lewat sana saja, Bu, ”kataku pada ibu dengan lirih
            Setelah perjalanan ke sekolah terasa begitu lama, aku akhirnya sampai di sekolah. Dan ah…. Aku baru ingat bahwa pelajaran pertama hari ini adalah Bhs. Indonesia. Langsung saja kuraih tangan ibu untuk bersalim, lalu pamit sambil berlari masuk.
            “ Ibu, aku masuk dulu. Assalamualaikum. ” pamitku pada ibu.
            “ Waalaikumsalam. Hati-hati, Nak. ” jawab ibu yang tak begitu jelas ku dengar karena jara yang sudah cukup jauh.
Sesampainya di depan kelas, aku hampir saja menerobos masuk karena berlari cukup cepat. Untung saja masih sempat untuk berhenti. Di dalam kelas tampak teman-teman masih menyanyikan lagu wajib.
@@@
Sambil menunggu teman-teman selesai bernyanyi, aku berdiri di luar kelas dengan sangat gugup. Keringat dingin menetes di keningku. Tiba-tiba teman sekelasku sudah selesai menyanyikan lagu wajib yang terkesan sangat singkat untukku. Jantungku mulai berdegup kencang. Kulangkahkan kakiku masuk ke kelas dengan perasaan bercampur aduk. Antara takut, gugup, dan malu karena datang terlambat.
            “ Assalamualaikum.” Ucapku sambil masuk dengan takut-takut.
            “ waalaikumsalam. ” jawab Bapak Jamad guru Bhs. Indonesiaku dan teman-teman serentak.
Kudengar teman-teman tertawa kecil dan kupikir mereka menertawakanku karena terlambat. Hal itu membuatku bertambah malu. Tiba-tiba lamunanku buyar setelah mendengar suara Bapak Jamad.
            “ Kamu kenapa terlambat, Naja ? ” Tanya Bapak Jamad padaku.
            “ Maaf pak, saya bangun kesiangan, ” jawabku dengan suara yang agak bergetar.
            “ Kenapa bisa bangun kesiangan, tidur pukul berapa kamu tadi malam? ” Tanya Bapak Jamad lagi.
            “ Seperti biasa pukul sembilan saya sudah tidur, Pak. ” jawabku.
            “ Ya,sudah jangan diulangi lagi …. Silakan duduk! ” kata Bapak Jamad.
Betapa senangnya aku ketika Bapak Jamad langsung menyuruhku duduk tanpa memberiku hukuman. Namun aku merasa masih ada yang ganjal, karena setelah dudukpun teman-teman masih terdengar tertawa kecil dan berbisik-bisik sambil melirikku. Aku merasa bingung, entah apa yang mereka tertawakan karena kurasa tak ada yang lucu. Kemudian Susi teman sebangkuku memberitahuku sambil berbisik pelan.
            “ Naja, mereka menertawakanmu karena seragam yang kamu gunakan hari ini salah. ” kata Susi mengingatkanku
Langsung saja kulihat bajuku dan benar saja seragam yang kugunakan  salah. Spontan saja kelasku menjadi riuh, teman-teman menyorakiku. Aku jadi salah tingkah dan malu. Betapa sialnya aku hari ini. Dan ini semua terjadi karena kesalahanku bangun kesiangan.                                        

Sabtu, 05 Desember 2015
Cerpen :


ANTARA JODOH DAN DIJODOHKAN
 Karya : Jauhilmeyah dan St Maimunah

            Liburan panjang telah tiba . Alfin yang sudah sejak lama menanti liburan panjang kini sudah lega hatinya. Dia sudah merasa terbebas dari beban tetek bengek yang berkaitan dengan tugas-tugas sekolah. Kesempatan yang baik ini dia berencana untuk berlibur ke rumah kakeknya yang berada di pedesaan. Dia sudah merasakan kejenuhan di kota.  Sehari-hari dia bergelut dengan suasana kota yang semakin lama semakin bising.  Maklum, sekolah dia juga di kota, tepatnya di SMA Negeri 6 Surabaya.  Padahal orangtuanya juga berasal dari desa. Namun dia dilahirkan dan dibesarkan di kota.  Hanya sesekali dia berkunjung ke desa. Itupun  kalau tidak diajak orangtuanya berlibur ke ibu kota, ke saudara ayahnya di Jakarta.
            Setelah menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan dia pun berangkat dengan menggunakan sepeda motornya. Perjalanan menuju rumah kakeknya membutuhksn waktu kurang lebih tiga jam atau sekitar 165 km.
            Beberapa lama kemudian akhirnya dia sampai ke rumah kakeknya. Semua keluarga di rumah kakeknya menyambutnya dengan senang hati. 
            “Kamu hanya sendirian ?” tanya sang kakek dengan nada senang.
            “Ya, Kek.  Ayah dan ibu masih sibuk,” jawab Alfin.
            “Bagaimana kabar di rumahmu?” lanjut kakeknya,
            “Baik-baik, Kek. Oh ya ada salam dari ibu,  ini dari ibu,” kata Alfin sambil memberikan sebuah amplop dan menyalami semua yang ada di situ.
            “Oh ya, terima kasih,” kata kakeknya.
            Sebagai seorang anak kota , Alfin merasa bahwa dirinya tampak gaul, keren, dan lebih pintar dibandingkan dengan anak-anak di desa lainnya. Di desa tempat kakeknya tinggal ia ditemani oleh adik sepupunya yang bernama Sofyan. Sofyan sangat senang apabila Alfin datang berlibur di desa itu.  Umur Sofyan hampir sebaya dengan Alfin. Tapi Sofyan dilahirkan dan dibesarkan di desa. Sekolahnya pun mulai SD di desa.