TERJEMAHAN
MENU TANBAHAN
- Prota
- Promes
- B S E
- Materi Pelajaran
- Soal Latihan
- Artikel
- KBBI
- Soal Online
- Blog
- Daftar Anggota
LINK EDUKASI
ARSIP BLOG
PENGIKUT
Pengunjung
Diberdayakan oleh Blogger.
Minggu, 09 Agustus 2015
Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX KTSP
5:33:00 AM |
Diposting oleh
mgmpbin@blogspot.com
Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX KTSP lengkap disusun berdasarkan urutan KD di silabus
Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.
Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός, kritikós - "yang membedakan", kata ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuna κριτής, krités, artinya "orang yang memberikan pendapat beralasan atau "analisis", "pertimbangan nilai", "interpretasi", atau "pengamatan". Istilah ini biasa dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi yang berselisih dengan atau menentang objek kritikan.
Kritikus modern mencakup kaum profesi atau amatir yang secara teratur memberikan pendapat atau menginterpretasikan seni pentas atau karya lain (seperti karya seniman, ilmuwan, musisi atau aktor) dan, biasanya, menerbitkan pengamatan mereka, sering di jurnal ilmiah. Kaum kritikus banyak jumlahnya di berbagai bidang, termasuk kritikus seni, musik, film, teater atau sandiwara, rumah makan dan penerbitan ilmiah.
Contoh kalimat kritik :
Kalimat dalam cerpen tersebut berpola sederhana, sehingga cerepen ini cocok sebagai bacaan untuk siswa sekolah dasar.
Majalah dinding sekolah kita mempunyai kekuatan dalam hal jenis karya yang ditampilkan. Dengan sedikit perubahan penataan tampilan, saya yakin majalah dinding kita layak untuk mengkuti lomba.
Sumber : http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2347683-pengertian-kritik-dan-cara-mengkritik/
2. Pratinjau
Tidak hanya bicara masalah mimpi novel ini Andrea juga mencitrakan kebijaksanaan seorang ayah yang luar biasa. Walaupun dalam keterbatasan sang ayah terus menerus mendukung mimpi anaknya. Keadaan ini membuat cerita dalam buku novel ini semakin seru dan juga mengharukan. Seorang ayah yang sangat sabar dan juga anaknya yang sangat menghormati ayahnya menjad penyempurna dalam buku novel ini membuat novel ini sangat layak untuk dibaca dan kaya akan pesan pesan moral
Setelah mempelajari materi dalam kompetensi dasar ini diharapkan siswa dapat:
1. menganalisis unsur-unsur syair yang diperdengarkan
2. menentukan unsur syair yang dianggap menarik/tidak menarik dengan memberikan alasan yang logis.
Karangan itu suatu madah
Mengarangkan syair tempat berpindah
Di salam dunia janganlah tam’ah
Di dalam kubur berkhalwat sudah
6.1 Pengertian , Fungsi, dan Ciri Ciri Cerita Pendek
Selain unsur Intrinsik, dalam cerpen dikenal adanya unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur luar yang berpengaruh terhadap penciptaan suatu bentuk karya sastra. unsur ekstrinsik itu antara lain: latar belakang pengarang, keadaan sosial budaya ketika karya sastra itu diciptakan.
Teknik menulis cerita pendek adalah sebagai berikut :
1. Paragraf pertama yang mengesankan
Paragraf pertama merupakan kunci pembuka. Cerita pendek merupakan karangan pendek, paragraph pertama dapat langsung masuk pada pokok persoalan, dan bukannya melantur pada hal-hal yang klise apalagi bila kemudian terkesan menggurui. Hal tersebut tentunya hanya menimbulkan kebosanan dan rasa apatis bagi pembacanya.
2. Menggali suasana
Melukiskan suatu latar kadang-kadang memerlukan detail yang agak apik dan kreatif. Penggambaran suasana yang biasa-biasa dan sudah dikenal umum tidak akan menarik bagi pembaca. Jika hendak melukiskan keadaan kota Jakarta dengan gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan keramain kotanya, penggambaran itu tidaklah menarik Karena penggambaran tersebut bukan merupakan hal yang baru. Akan tetapi, bila melukiskan keadaan kota Jakarta dengan mengkaitkannya pada suasana hati tokoh ceritanya penggambaran itu lebih menyentuh pembacanya.
Pengertian Cerpen
3. Menggunakan kalimat efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang langsung memberikan kesan kepada pembacanya. Dengan menggunakan kalimat efektif, pembaca diharapkan dapat lebih mudah menangkap maksud dari setiap bagian cerita hingga tamat.Selain menggunakan kalimat efektif pengarang juga dituntut untuk memiliki kekayaan kosakata dan gaya bahasa agar cerita yang dibuatnya dapat mengalir dengan lancer dan tidak kering serta membosankan.
4. Menggerakkan tokoh (karakter)
Dalam cerita selalu ada tokoh. Tokoh-tokoh yang hadir senantiasa bergerak secara fisik atau psikis hingga terlukis kehidupan yang sama dengan kehidupan sehari-hari.
5. Fokus cerita
Dalam cerita pendek, segala bentuk harus berfokus pada satu persoalan pokok.
6. Sentakan akhir
Cerita harus diakhiri apabila persoalan sudah dianggap selesai. Kecenderungan cerita-cerita mutkhir adalah sentakan akhir yang membuat pembaca ternganga dan penasaran. Yang jelas, teks cerita pendek sudah berakhir sebagaimana dikehendaki pengarangnya.
Ringkasnya, akhir cerita merupakan sentakan yang membuat pembaca terkesan. Senyum-senyum, menarik napas panjang atau merenung dalam karena terharu tanpa harus menuliskan kata-kata sedih. Kunci semua itu ada pada sentakan akhir dalam paragraph penutup cerita itu.
6.2 Musikalisasi puisi
Musikalisasi puisi adalah puisi yang di nanyikan sehingga seorang pendengar yang kurang paham menjadi paham, yang tidak bisa menggambarkan sebuah isi puisi bisa tahu isi puisi tersebut. Dengan demikian musikalisasi puisi merupakan kegiatan mengkolaborasikan antara sastra (puisi) dan musik.
Tepuk tangan pun menggema seusai mantan Gubernur DKI Jakarta itu menutup pidatonya.
Naskah lengkap dari pidato Jokowi di hadapan sejumlah kepala negara dan delegasi dalam KAA ke-60 bisa dilihat di bawah ini.
Yang terhormat pemimpin negara dan pemerintahan, pemimpin delegasi.
Yang terhormat, Jusuf Kalla, Megawati, BJ Habibie, Tri Sutrisno, Hamzah Haz.
Atas nama rakyat dan pemerintah Indonesia saya ucapkan selamat datang di Indonesia, negara penggagas dan tuan rumah KAA 1955.
Enam puluh tahun lalu Bapak Bangsa kami Presiden Soekarno, Bung Karno, mencetuskan gagasan tersebut demi membangkitkan kesadaran bangsa-bangsa Asia dan Afrika utk mendapatkan hak hidup sebagai bangsa merdeka yang menolak ketidakadilan, yang menentang segala bentuk imperalisme.
Enam puluh tahun lalu, solidaritas Asia-Afrika, kita kumandangkan untuk memperjuangkan kemerdekaan. Untuk menciptakan kesejahteraan dan untuk memberi keadilan bagi rakyat kita. Itulah gelora KAA 1955. Itulah esensi semangat Bandung.
Kini, 60 tahun kemudian, kita kembali bertemu di negeri ini, di Indonesia, dalam suasana dunia yang berbeda bangsa-bangsa terjajah telah merdeka dan berdaulat, namun perjuangan kita belum selesai.
Yang mulia para hadirin sekalian,
Dunia yang kita warisi sekarang masih sarat dengan ketidakdilan, kesenjangan dan kekerasan global, cita-cita bersama mengenai lahirnya sebuah peradaban baru, sebuah tatanan dunia baru berdasarkan keadilan, kesetaraan, dan kemakmuran, masih jauh dari harapan.
Ketidakadilan dan ketidakseimbangan global masih terpampang di hadapan kita.
Ketika negara-negara kaya yang hanya sekitar 20 persen penduduk dunia, menghabiskan 70 persen sumber daya bumi maka ketidakadilan menjadi nyata. Ketika ratusan orang di belahan bumi sebelah utara menikmati hidup super kaya, sementara 1,2 miliar penduduk dunia di sebelah selatan tidak berdaya dan berpenghasilan kurang dari 2 dolar per hari, maka ketidakadilan semakin kasat mata.
Ketika ada sekelompok negara kaya merasa mampu mengubah dunia dengan menggunakan kekuatannya, maka ketidakseimbangan global jelas membawa sengsara yang semakin kentara ketika PBB tidak berdaya.
Aksi-aksi kekerasan tanpa mandat PBB, seperti kita saksikan, telah menafikkan keberadaan badan dunia yang kita miliki bersama itu. Oleh karena itu kita bangsa-bangsa di Asia-Afrika mendesak reformasi PBB. Agar berfungsi secara optimal sebagai badan dunia yang mengutamakan keadilan bagi kita semua, bagi semua bangsa.
Bagi saya, ketidakadilan global terasa semakin menyesak dada. Ketika semangat Bandung yang menuntut kemerdekaan bagi semua bangsa-bangsa Asia-Afrika masih menyisakan utang selama enam dasawarsa.
Kita dan dunia masih berutang kepada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina yang hidup dalam ketakutan dan ketidakadilan akibat penjajahan yang berlangsung begitu lama.
Kita tidak boleh berpaling dari penderitaan rakyat Palestina, kita harus terus berjuang bersama mereka. Kita harus mendukung lahirnya sebuah negara Palestina yang merdeka.
Yang mulia pada hadirin sekalian,
Ketidakadilan global juga terasa ketika sekelompok dunia enggan mengakui realita dunia yang telah berubah. Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF dan ADB adalah pandangan yang usang yang perlu dibuang.
Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa hanya diserahkan kepada ketiga lembaga keuangan internasional itu. Kita wajib membangun sebuah tatanan ekonomi baru yang terbuka bagi kekuatan-kekuatan ekonomi baru. Kita mendesak dilakukannya reformasi arsitektur keuangan global untuk hilangkan dominasi kelompok negara atas negara-negara lain.
Saat ini dunia membutuhkan kepemimpinan global yang kolektif, yang dijalankan secara adil dan bertanggung jawab dan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru yang bangkit, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di muka bumi, sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dunia, siap memainkan peran global sebagai kekuatan positif bagi perdamaian dan kesejahteraan.
Indonesia siap bekerjasama dengan semua pihak untuk wujudkan cita-cita mulia itu.
Yang mulia pada hadirin sekalian,
Hari ini dan esok kita berkumpul di Jakarta untuk menjawab tantangan ketidakadilan dan ketidakseimbangan itu. Hari ini dan esok, rakyat kita menanti jawaban terhadap persoalan-persoalan yg mereka hadapi.
Hari ini dan hari esok dunia menanti langkah-langkah kita dalam membawa bangsa-bangsa Asia-Afrika berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kita bisa melakukan itu semua dengan membumikan Semangat Bandung dengan mengacu pada tiga cita-cita yang diperjuangkan para pendahulu kita 60 tahun lalu.
Pertama, kesejahteraan. Kita harus pererat kerja sama untuk hapuskan kemiskinan, meningkatkan pendidikan dan layanan kesehatan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memperluas lapangan kerja.
Kedua, solidaritas. Kita harus tumbuh bersama dan meningkatkan perdagangan investasi di antara kita dengan membangun kerja sama ekonomi antara kawasan Asia-Afrika dengan saling membantu dalam konektivitas yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan kita, bandara-bandara kita dan jalan-jalan kita. Indonesia akan bekerja menjadi jembatan maritim yang menghubungkan kedua benua.
Ketiga, stabilitas internal dan eksternal dan penghargaan pada HAM. Kita harus bertanya apa yang salah dengan kita sehingga banyak negara Asia-Afrika dilanda berbagai konflik internal dan eksternal yang menghambat pembangunan.
Kita harus bekerjasama menghadapi ancaman kekerasan, pertikaian dan radikalisme seperti ISIS. Kita harus melindungi hak-hak rakyat kita. Kita harus menyatakan perang pada narkoba yang menghancurkan masa depan anak-anak kita.
Kita harus menyelesaikan berbagai pertikaian baik dalam negeri atau antar negara secara damai. Oleh karenanya Indonesia memprakarsai pertemuan informal negara-negara Organisasi Kerjasama Islam untuk mencari penyelesaian berbagai konflik yang kini melanda dunia Islam.
Kita juga harus bekerja keras menciptakan stabilitas dan keamanan yang jadi prasyarat pembangunan bangsa.
Kita juga harus pastikan samudera kita, laut kita, aman bagi lalu lintas perdagangan dunia. Kita menuntut agar sengketa antar negara tidak diselesaikan dengan penggunaan kekerasan. Ini tugas dan tantangan di hadapan kita yang harus kita rumuskan dalam siding KAA ini.
Melalui forum ini saya ingin menyampaikan keyakinan saya bahwa masa depan dunia ada di sekitar ekuator. Di tangan kita. Bangsa-bangsa Asia-Afrika yang ada di dua benua.
Contoh Kayra Tulis Ilmiah:
1.2.1 Peristiwa apa sajakah yang kini marak terjadi sebagai bentuk penyimpangan dari karakter bangsa ?
1.2.2 Apa sebab-sebab terjadinya penyimpangan karakter tersebut ?
1.2.3 Dampak apa saja yang ditimbulkan akibat penyimpangan karakter ini ?
1.2.4 Bagaiman upaya mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan karakter tersebut ?
1.3 Rumusan masalah
1.3.1 Bagaimana pengaruh penyimpangan karakter ini pada prestasi siswa ?
1.4 Tujuan dan manfaat
1.4.1 Mengembangkan kebiasaan dan perilaku anak bangsa yang terpuji dan sejalan dengan karakter bangsa Indonesia.
1.4.2 Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab kepada anak bangsa sebagai generasi penerus bangsa.
1.4.3 Mengembangkan sikap mandiri, disiplin, jujur, kreatif dan berwawasan kebangsaan
1.5 Metode penelitian
1.5.1 Mengamati kondisi di lapangan
1.5.2 Membaca buku pendukung
2.3.1 Banyak anak berperilaku anarkis
2.3.2 Banyak anak tidak memiliki sikap yang santun terhadap orang lain
2.3.3 Tidak mau tolong menolong dengan sesama
2.3.4 Tidak menghargai sesuatu
2.3.5 Banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan anak terhadap orang tuanya
2.3.6 Perubahan gaya hidup, mulai dari nilai-nilai agama, social dan budaya
2.3.7 Jati diri bangsa Indonesia luntur
2.4 Upaya meminimalisir penurunan moral
2.4.1 Bagi pra orang tua, sebaiknya mulai sekarang belajar bagaimana mengasuh anak yang baik dan benar dengan cara mengikuti parenting education
2.4.1 Lebih memperhatikan anak dan mendampingi anak dalam situasi apapun
2.4.1 Mengutamakan waktu bersama dengan keluarga walaupun jam kerja padat
2.4.1 Bagi para guru, sebaiknya mulai menerapkan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan serta membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam suatu mata pelajaran.
2.4.1 Guru yang menjadi contoh dan panutan di sekolah juga harus dapat memberi contoh yang baik kepada murid-muridnya, seperti berpakaian rapi, berkata sopan, disiplin, perhatian kepada murid dan menjaga kebersihan.
2.4.1 Melakukan kegiatan-kegiatan rutin di sekolah, seperti setiap hari senin melakukan upacar bendera, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru atau teman
2.4.1 Mengkoreksi perbuatan yang kurang baik secara spontan, misalnya menegur ketika siswa berteriak-teriak ketika proses pembelajaran berlangsung
2.4.1 Memuji perbuatan tepuji, misalnya memperoleh nilai tinggi, membantu teman atu bahkan memperoleh prestasi dibidang seni atau olahraga
2.4.1 Sekolah sebaiknya mendukung program pendidikan budaya ddan karakter bangsa dalam perwujudan misalnya toilet sekolah yang bersih, bak sampah terletak di berbagai tempat dan kondisi sekolah yang bersih
2.4.1 Kita sendiri sebagai pelajar, hendaknya dapat menyaring hal-hal yang baik menurut kita dan hal-hal yang buruk bagi kita
2.5 Pengaruh penurunan moral terhadap prestasi belajar
Sebuah penelitian yang sangat mengejutkan yang menyangkut kecerdasan seseorang dalam meraih kesuksesan pernah dikemukakan oleh pakar kelas dunia, Daniel Goleman yang menyatakan bahwa “80% kesuksesan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosinya (emotional quotient=eq), sedangkan 20% ditentukan oleh IQnya.” Disinilah pembentukan karakter itu sangat berperan untuk meraih kesuksesan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dapat dijadikan obat agar terjadi peningkatan prestasi akademik pada siswa.
Dari berbagai uraian yang panjang lebar diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
3.1.1 Di negeri ini sudah jelas terjadi penurunan moral yang cukup memprihatinkan, sehingga seluruh lapisan masyarakat harus bertindak lebih lanjut atas hal ini
3.1.2 Pendidikan budaya dan karakter bangsa ini sangat berpengaruh pada prestasi siswa dan akhlak setiap individu
3.1.3 Orang tua dan guru merupakan orang pertama yang member bekal kepada anak-anak bangsa tentang pendidikan karakter sebelum anak tersebut terjun di masyarakat
3.1.4 Perilaku anak tergantung dari pemberian contoh oleh orang tua terutama dan gurunya
3.1.5 Keadaan lingkungan juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang seorang anak bangsa
3.1.6 Pengaruh yang mendasar akibat penurunan moral adalah pesatnya globalisasi
3.2 Saran
Ada beberapa saran yang perlu kami sampaikan untuk kelanjutan penulisan karya ilmiah ini, diantaranya :
3.2.1 Semoga dengan adanya karya ilmiah sederhana yang kami tulis ini dapat memperkaya pendapat pembaca untuk mengembangkan pendidikan karakter pada anak
3.2.2 Dapat dijadikan referensi tentang pendidikan karakter pada anak
Daftar pustaka
ü Beberapa pendapat siswa
ü Fadjaray, Suhadi. 2012. Character Building Strategies Bercocok Tanam Karakter di Kebun Sanubari Anak. Jakarta: Rahmat Media Press (RAHMA PRESS).
Sebelum karakter para tokoh itu diisi dengan sifat dan perilaku untuk menampilkan gambarannya secara jelas, terdapat proses yang disebut karakterisasi atau perwatakan atau penokohan. Karakterisasi adalah metode melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi.
Karakterisasi merupakan pola pelukisan image seseorang yang dapat dipandang dari segi fisik, psikis dan sosiologi.
Dari segi fisik, pengarang melukiskan karakter pelaku misalnya, tampang, umur, raut muka, rambut, bibir, hidung, bentuk kepala, warna kulit, dan lain-lain.
Dari segi psikis, pengarang melukiskan karakter pelaku melalui pelukisan gejala-gejala pikiran, perasaan dan kemauannya. Dengan jalan ini pembaca dapat mengetahui bagaimana watak pelaku.
Dari segi sosiologis, pengarang melukiskan watak pelaku melalui lingkungan hidup kemasyarakatan.
Banyak teori atau metode dalam pembentukan karakterisasi ini. Penggambaran tokoh yang digunakan penulis dalam novel biasanya menggunakan Metode Diskursi (metode langsung) dan Metode Dramatis (metode tidak langsung).
Metode Diskurtif (Metode Telling)
Metode Diskurtif atau dengan cara langsung adalah cara yang ditempuh pengarang jika dia menggambarkan perwatakan tokoh-tokoh secara langsung. Sama halnya dengan Metode Diskurtif, ada juga orang menyebutnya Metode Telling, yakni mengandalkan pemaparan watak tokoh dari komentar langsung pengarangnya.
Alur atau Plot adalah rangkaian peristiwa dari awal sampai klimaks serta penyelesaian yang dijalin berdasarkan hubungan urutan waktu atau hubungan sebab akibat sehingga membentuk keutuhan cerita. Ada beberapa jenis alur dalam sastra modern, yaitu :
1. Alur Maju (Progesi)
Alur maju (Progesi) adalah sebuah alur yang memiliki klimaks di akhir cerita dan merupakan jalinan/ rangkaian peristiwa dari masa kini ke masa lalu yang berjalan teratur dan berurutan sesuai dengan urutan waktu kejadian dari awal sampai akhir cerita.
2. Alur Mundur (Regresi)
Alur mundur (Regresi) adalah sebuah alur yang menceritakan tentang masa lampau yang memiliki klimaks di awal cerita dan merupakan jalinan/ rangkaian peristiwa dari masa lalu ke masa kini yang disusun tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian dari awal sampai akhir cerita.
3. Alur Sorot balik (Flashback)
Alur Sorot balik (Flashback) adalah alur yang terjadi karena pengarang mendahulukan akhir cerita dan setelah itu kembali ke awal cerita. Pengarang bisa memulai cerita dari klimaks kemudian kembali ke awal cerita menuju akhir.
4. Alur Campuran (maju-mundur)
Alur Campuran adalah alur yang diawali klimaks, kemudian melihat lagi masa lampau dan dilanjutkan sampai pada penyelesaian yang menceritakan banyak tokoh utama sehingga cerita yang satu belum selesai kembali ke awal untuk menceritakan tokoh yang lain.• Disebut juga alur Maju - Mundur•
5. Alur Gabungan
Alur Gabungan adalah alur yang merupakan gabungan dari alur maju dan alur mundur.
6. Alur Klimaks
Alur Klimaks adalah alur yang susunan peristiwa menanjak dari peristiwa biasa meningkat menjadi penting yakni lebih menegangkan.
7. Alur Antiklimaks
Alur Antiklimaks adalah alur yang susunan peristiwanya makin menurun dari peristiwa menegangkan kemudian menjadi kendor dan berakhir dengan peristiwa biasa.
8. Alur Kronologis, Alur Kronologis adalah alur yang susunan peristiwanya berjalan sesuai dengan urutan waktu. Dalam alur ini terdapat hitungan jam, menit, detik, hari, dan sebaginya..
SEMESTER 1
1. Menyimpulkan Dialog Interaktif
Dalam kehidupan sehari-hari sering
kita terlibat dalam suatu percakapan. Percakapan terjadi karena ada masalah
yang dibahas, di situlah kita dapat menyampaikan pendapat, gagasan, atau
pengalaman. Suatu dialog dapat dipahami dengan jelas apabila terdapat kejelasan
ucapan dalam dialog, sikap-sikap pendukung pada waktu berdialog, dan terdapat
kejelasan isi yang dibahas.
Dialog
interaktif adalah bentuk dialog yang ditayangkan langsung antara 2 orang dan
membicarakan suatu topik tertentu dan dapat didengarkan oleh audiens. Dialog
interaktif sering ditemukan dalam acara-acara televisi, radio dan media online.
Bahasa dalam dialog/percakapan harus
disesuaikan dengan situasi. Jika situasi dialog resmi, menggunakan bahasa baku.
Jika situasi tidak resmi, menggunakan bahasa nonbaku.
Dialog adalah percakapan antara dua
orang atau lebih. Mendengarkan dialog merupakan kegiatan menyimak yang
memerlukan konsentrasi untuk memperoleh informasi dan untuk memahaminya. Radio
dan televisi merupakan media elektronik yang dapat menjadi sumber berita dan
informasi. Di media tersebut, kita dapat mendengar atau melihat acara dialog.
Dengan mendengarkan dialog antartokoh, kita akan dapat memahami pandangan
setiap tokoh terhadap suatu masalah. Setelah mendengarkan dialog, kita harus
mampu menyimpulkan isinya dan memahami informasi yang terdapat dalam dialog
tersebut.
Dialog interaktif adalah dialog yang dilakukan di
televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui
telepon.
Tutuplah buku pelajaranmu, dengarkan dialog yang akan
dibacakan oleh temanmu atau rekaman berikut!
Ade
: Apa yang dimaksud dengan gas metana?
Hery
: Istilah lain dari gas metana adalah gas rawa. Istilah itu diambil
karena rawa banyak mengandung gas metana. Coba saja kita tancapkan bambu
di rawa. Kalau disulut api, bambu pasti meledak, semacam ledakan kecil. Ledakan
terjadi melalui pembusukan dari dalam bambu tersebut sehingga membentuk gas
metana yang menyemburkan api.
Ade
: Apakah biogas juga banyak mengandung gas metana?
Hery
: Ya. Gas metana terkandung
dalam biogas, yakni melalui pembusukan dibantu dengan unsur mikroba atau
bakteri yang mempercepat pembentukan gas tersebut. Gas metana berasal dari
hasil limbah peternakan dan pertanian.
Ade
: Bagaimana cara mengembangkannya?
Hery
: Suatu area peternakan dan pertanian luas dapat digunakan sebagai sumber
energi biogas alternatif. Caranya, kotoran dan limbah pertanian ditampung dalam
tangki tertutup yang bentuknya seperti lonceng terbalik. Melalui proses itu,
akan dihasilkan gas metana yang dapat mengeluarkan energi untuk kebutuhan
pemanasan.
Ade
: Apa keuntungan penggunaan biogas sebagai energi alternatif?
Hery
: Energi alternatif yang
dihasilkan tergolong energi terbaru. Energi itu tidak merusak lingkungan
sehingga kita tidak bergantung pada energi dari fosil bumi atau minyak bumi.
Energi tersebut juga tidak memberikan dampak buruk terhadap lingkungan, seperti
polusi atau pencemaran.
Ade
: Apakah biogas dapat dimanfaatkan menjadi energi gerak atau listrik?
Hery
: Hal itu sangat dimungkinkan sebab gas metana yang dihasilkan
dapat membakar dan menjadi energi gerak berupa energi listrik. Tentu saja
perlu ada instalasi tambahan. Misalnya, dibuatkan turbin atau peralatan lain
untuk menghasilkan energi listrik. Dari turbin itu, dihasilkan energi listrik.
Kemudian, energi tersebut disimpan.
Ade
: Dari segi biaya apakah relatif murah?
Hery
: Saya kira penggunaan dan
pembuatan biogas untuk kebutuhan sehari-hari secara ekonomi masih
terjangkau. Dananya relatif murah dengan catatan tersedia banyak bahan baku
biogas. Semakin banyak sumber alam, produksi energi biogas yang dihasilkan juga
semakin banyak. Tentu, hal itu akan lebih hemat biaya karena energi listrik
dari biogas tidak memerlukan kabel untuk memasok listrik.
Sumber : www.crayonpedia.org
- Tuliskan hal-hal penting yang disampaikan oleh narasumber dengan menggunakan format di bawah ini.
Baca selengkapnya berikut ini!
L
Narasumber
|
Hal Penting Isi Pembicaraan
|
Hery
|
1. Gas metana banyak terdapat di
rawa-rawa.
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
|
- Berdasar pada catatan tentang hal-hal penting tersebut, buatlah simpulan isi dialog dalam beberapa kalimat:
Simpulan isi
dialog:
- …………………………………………………………………………………………
- …………………………………………………………………………………………
- …………………………………………………………………………………………
- …………………………………………………………………………………………
- …………………………………………………………………………………………
- Saling tukarkan hasil pekerjaanmu dan berikan penilaian simpulan yang dibuat oleh temanmu dengan menggunakan format penilaian berikut ini.
Format Penilaian Menyimpulkan Isi Dialog
Nama
Siswa :
Kelas
:
No.
|
Aspek/Indikator
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Skor
|
1.
2.
3.
4.
|
Kesesuaian
dengan isiPenalaran
Struktur
kalimat
Ejaan dan
tanda baca
|
Tugas
Dengarkan
dialog interaktif yang disiarkan oleh sebuah stasiun radio atau yang
ditayangkan di televisi, kemudian kerjakan tugas-tugas berikut ini!
- Tulislah stasiun radio atau stasiun televisi yang menayangkan dialog tersebut!
- Tulislah waktu penayangan (jam, hari, tanggal)!
- Sebutkan para narasumber dan reporternya!
- Tulislah hal-hal penting yang dikemukakan narasumber!
- Buatlah simpulan isi dialog tersebut!
6. Menyimpulkan
Isi Dialog Interaktif
Informasi dapat kalian peroleh melalui berbagai cara,
baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu cara yang dapat kalian lakukan
untuk mendapatkan informasi secara lisan yaitu melalui kegiatan menyimak dialog
interaktif. Dialog interaktif adalah percakapan yang dilakukan di televisi atau
radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon. Ada pun
narasumber yang dipilih adalah orang tahu yang persis tentang informasi
yang ingin disampaikan. Selain itu, kalian juga dapat memperoleh informasi dengan bertindak sebagai pihak yang pasif, yaitu mendengarkan dengan saksama suatu kegiatan dialog interaktif yang dilakukan oleh orang lain. Dari kegiatan mendengarkan tersebut kalian dapat mencatat hal-hal penting dan menyimpulkan
isi dialog yang kalian dengarkan itu. Sama halnya
dengan berita, dalam dialog interaktif kalian juga
harus menerapkan prinsip 5W+1H berikut ini.
yang ingin disampaikan. Selain itu, kalian juga dapat memperoleh informasi dengan bertindak sebagai pihak yang pasif, yaitu mendengarkan dengan saksama suatu kegiatan dialog interaktif yang dilakukan oleh orang lain. Dari kegiatan mendengarkan tersebut kalian dapat mencatat hal-hal penting dan menyimpulkan
isi dialog yang kalian dengarkan itu. Sama halnya
dengan berita, dalam dialog interaktif kalian juga
harus menerapkan prinsip 5W+1H berikut ini.
what : apa yang didialogkan
who : siapa yang berdialog
when : kapan dialog dilakukan
where: di mana dialog dilakukan
why : mengapa dialog dilakukan
how : bagaimana hasil dialog tersebut
who : siapa yang berdialog
when : kapan dialog dilakukan
where: di mana dialog dilakukan
why : mengapa dialog dilakukan
how : bagaimana hasil dialog tersebut
2. 1 Memuji dan Mengkritik Karya Seni
Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.
Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός, kritikós - "yang membedakan", kata ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuna κριτής, krités, artinya "orang yang memberikan pendapat beralasan atau "analisis", "pertimbangan nilai", "interpretasi", atau "pengamatan". Istilah ini biasa dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi yang berselisih dengan atau menentang objek kritikan.
Kritikus modern mencakup kaum profesi atau amatir yang secara teratur memberikan pendapat atau menginterpretasikan seni pentas atau karya lain (seperti karya seniman, ilmuwan, musisi atau aktor) dan, biasanya, menerbitkan pengamatan mereka, sering di jurnal ilmiah. Kaum kritikus banyak jumlahnya di berbagai bidang, termasuk kritikus seni, musik, film, teater atau sandiwara, rumah makan dan penerbitan ilmiah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kritik adalah kecaman atau
tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap
suatu hasil karya,pendapat dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian di atas kritik merupakan catatan penilaian atau tanggapan terhadap suatu karya. Kritik harus dibedakan dengan mengecam, mencaci dan menjelek-jelekkan, ingat pengertian dasar kritik adalah menilai.Menilai harus obyektif.Tujuan akhir kritik adalah agar pencipta karya atau produk dapat meningkatkan mutu karyanya dikemudian hari.
Kritik Membangun
Kritik disampaikan agar orang yang dikritik dapat mengubah perilaku atau menciptakan karya yang lebih baik
Kritik membangun yang santun adalah kritik yang disampaikan bukan untuk menyerang orang, melainkan untuk menilai suatu karya.Sekali lagi yang dinilai adalah karya bukan penciptanya. Gunakan bahasa yang tidak menyakitkan hati (kasar), tetapi tetap terkesan lugas, tegas, dan santun.
Cara Mengkritik Suatu Karya
Cara mengkritik suatu karya adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Berdasarkan pengertian di atas kritik merupakan catatan penilaian atau tanggapan terhadap suatu karya. Kritik harus dibedakan dengan mengecam, mencaci dan menjelek-jelekkan, ingat pengertian dasar kritik adalah menilai.Menilai harus obyektif.Tujuan akhir kritik adalah agar pencipta karya atau produk dapat meningkatkan mutu karyanya dikemudian hari.
Kritik Membangun
Kritik disampaikan agar orang yang dikritik dapat mengubah perilaku atau menciptakan karya yang lebih baik
Kritik membangun yang santun adalah kritik yang disampaikan bukan untuk menyerang orang, melainkan untuk menilai suatu karya.Sekali lagi yang dinilai adalah karya bukan penciptanya. Gunakan bahasa yang tidak menyakitkan hati (kasar), tetapi tetap terkesan lugas, tegas, dan santun.
Cara Mengkritik Suatu Karya
Cara mengkritik suatu karya adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Sebelum memberi kritik kita harus
memiliki pengetahuan yang cukup tentang sesuatu yang akan kita kritik.Sebagai
contoh apabila kita akan mengkritik cerpen, kita harus mengetahui pengetahuan
luas tentang cerpen.
- Sebelum mengkritik pelajari dahulu dengan cermat karya yang akan dikritik pahami segala istilah yang terdapat dalam karya. Baca juga bahan rujukan karya tersebut.
- Setelah itu buatlah catatan yang obyektif tentang kelebihan dan kekurangan karya yang akan dikritik. Contoh catat bagaimana tema, alur, penokohan, latar atau bahasa yang ada da;lam cerpen.
- Sebelum kritik disampaikan pikirkan kembali “Bagaimanakah perasaan saya jika dikritik semacam itu ?”
- Saat menyampaikan kritik melalui lisan atau tulisan perhatikan penggunaan bahasa. Gunakan bahasa yang tidak menyerang orang dan yang tidak menyakitkan hati. Beri penilaian yang jujur dan obyektif,tetapi tetap santun.Kritik harus mempunyai alasan yang masuk akal atau logis, jadi tidak asal mengkritik.
Contoh kalimat kritik :
Kalimat dalam cerpen tersebut berpola sederhana, sehingga cerepen ini cocok sebagai bacaan untuk siswa sekolah dasar.
Majalah dinding sekolah kita mempunyai kekuatan dalam hal jenis karya yang ditampilkan. Dengan sedikit perubahan penataan tampilan, saya yakin majalah dinding kita layak untuk mengkuti lomba.
Sumber : http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2347683-pengertian-kritik-dan-cara-mengkritik/
2.2 Melaporkan
sebuah Peristiwa
Contoh laporan peristiwa
Tabrak
Motor, Truk Rumput Laut Terbalik
Kecelakaan lalu lintas
kembali terjadi di jalan raya Desa Lomaer, Kecamatan Blega, kemarin
(14/3). Sebuah truk Mitsubishi bermuatan rumput laut menabrak sepeda
motor Honda Supra nopol M 6841 GY. Akibat kecelakaan itu, truk bernopol
M 8227 UG tergelincir ke sawah kemudian terbalik. Sementara sepeda
motor langsung terpental beberapa meter dari tempat kejadian.
Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. Sopir truk, Ainul Yakin, 25, warga Desa Banasare, Kecamatan Rubaru, Sumenep, hanya mengalami luka ringan. Sementara Abdul Fatah, pengendara Honda, warga Desa Karang Gayam, Kecamatan Blega, mengalami luka parah. Diduga kuat kecelakaan itu terjadi akibat sopir truk mengantuk saat berkendara. Karena itu, truk yang dikemudikan lepas kendali hingga menabrak motor dari arah berlawanan. Kecelakaan bermula saat truk Mitsubishi melaju dari arah timur dengan kecepatan tinggi. Setiba di lokasi kejadian, truk ke arah kanan jalan, sedangkan dari arah berlawanan muncul sepeda motor. Sopir truk yang dalam keadaan mengantuk, kaget dan kehilangan konsentrasi. Akibatnya, kecelakaan pun tak bisa dihindari. ”Pengakuan sopir truk, kejadiannya sekitar pukul 05.00. Dia juga mengakui kalau dirinya saat itu mengantuk,” terang Kanitlaka Aipda Puji Purnomo mewakili Kasatlantas Polres Bangkalan AKP Yusis Budi K. kepada Jawa Pos Radar Madura. Dia menambahkan, dalam kecelakaan itu tidak ada korban jiwa. Sopir truk kondisinya baik-baik saja. Hanya saja, truk mengalami rusak berat, sedangkan kerugian yang ditimbulkan dari kejadian tersebut ditaksir mencapai puluhan juta. Sementara pengendara sepeda motor harus dilarikan ke RSUD Syamrabu Bangkalan karena mengalami luka parah. Untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut, dua kendaraan yang terlibat kecelakaan diamankan di Polres Bangkalan. ”Sopir truk juga sudah kami amankan untuk dimintai keterangannya,” pungkasnya. (radar)
Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. Sopir truk, Ainul Yakin, 25, warga Desa Banasare, Kecamatan Rubaru, Sumenep, hanya mengalami luka ringan. Sementara Abdul Fatah, pengendara Honda, warga Desa Karang Gayam, Kecamatan Blega, mengalami luka parah. Diduga kuat kecelakaan itu terjadi akibat sopir truk mengantuk saat berkendara. Karena itu, truk yang dikemudikan lepas kendali hingga menabrak motor dari arah berlawanan. Kecelakaan bermula saat truk Mitsubishi melaju dari arah timur dengan kecepatan tinggi. Setiba di lokasi kejadian, truk ke arah kanan jalan, sedangkan dari arah berlawanan muncul sepeda motor. Sopir truk yang dalam keadaan mengantuk, kaget dan kehilangan konsentrasi. Akibatnya, kecelakaan pun tak bisa dihindari. ”Pengakuan sopir truk, kejadiannya sekitar pukul 05.00. Dia juga mengakui kalau dirinya saat itu mengantuk,” terang Kanitlaka Aipda Puji Purnomo mewakili Kasatlantas Polres Bangkalan AKP Yusis Budi K. kepada Jawa Pos Radar Madura. Dia menambahkan, dalam kecelakaan itu tidak ada korban jiwa. Sopir truk kondisinya baik-baik saja. Hanya saja, truk mengalami rusak berat, sedangkan kerugian yang ditimbulkan dari kejadian tersebut ditaksir mencapai puluhan juta. Sementara pengendara sepeda motor harus dilarikan ke RSUD Syamrabu Bangkalan karena mengalami luka parah. Untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut, dua kendaraan yang terlibat kecelakaan diamankan di Polres Bangkalan. ”Sopir truk juga sudah kami amankan untuk dimintai keterangannya,” pungkasnya. (radar)
3.1 Membedakan antara Fakta dan Opini
Fakta
(bahasa latin : Factus) adalah hal atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi dan bisa
dibuktikan kebenarannya. Informasi yang didengar dapat disebut fakta apabila
informasi itu merupakan peristiwa yang berupa kenyataan yang benar-benar ada
dan terjadi.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia: fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar – benar ada atau terjadi.
Kalimat yang berisi ada pelaku, tempat kejadian, waktu, jumlah, bagaimana kejadian/peristiwa tersebut terjadi, atau ada rincian yang jelas, serta tidak bisa dibantah kebenarannya, maka kalimat tersebut berupa kalimat fakta.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia: fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar – benar ada atau terjadi.
Kalimat yang berisi ada pelaku, tempat kejadian, waktu, jumlah, bagaimana kejadian/peristiwa tersebut terjadi, atau ada rincian yang jelas, serta tidak bisa dibantah kebenarannya, maka kalimat tersebut berupa kalimat fakta.
Jenis-Jenis
Fakta
1. Fakta Umum - Kebenaran yang berlaku
epanjang zaman. contohnya Matahari terbenam di barat dan terbit di timur.
- Fakta Khusus - Kebenaran yang berlaku pada satu atau beberapa waktu tertentu. contohnya Aldi membaca buku.
Ciri-Ciri
Kalimat Fakta
1. Dapat dibuktikan kebenarannya.
- Memiliki data yang akurat misalnya tanggal, tempat ,waktu kejadian.
- Memiliki narasumber yang dapat dipercaya.
- Bersifat obyektif (apa adanya dan tidak dibuat-buat) yang dilengkapi dengan data berupa keterangan atau angka yang menggambarkan keadaan.
- Sudah dipastikan kebenaranya.
- Biasanya dapat menjawab pertanyaan: apa, siapa, di mana, kapan, berapa dengan jawaban yang pasti.
- Menunjukkan peristiwa telah terjadi.
- Kenyataan.
- Informasi dari kejadian yang sebenarnya.
- Kalimat fakta adalah kalimat yg mengedepankan fakta nyata dan hasil temuan, dan sering kali menggunakan kutipan dari berbagai sumber sebagai penguat argumen, misalnya “berdasarkan tulisan Leonardo Da Vinci…”, “mengutip kata Shakespeare…”, “menurut hasil survey yang dilakukan oleh BSI…”, dll.
- Kalimat fakta itu kejadiannya sudah terjadi dan pasti dan biasanya disertai dengan waktu kejadian. misalnya seperti “kebakaran yang terjadi di tanah abang senin kemarin telah memakan 8 orang korban jiwa”
Fakta dapat
juga dapat berupa:
Kuantitatif:
Pada
tahun ajaran 2013-2014 Mts Ulul Albab mendapatkan murid baru sebanyak 120
siswa. Angka ini lebih tinggi dibanding penerimaan pada tahun sebelumnya yang
hanya mencapai angka 100 siswa saja.
Kuantitatif: Hujan deras
yang mengguyur kawasan Kecamatan Bangun Rejo pada malam hari tadi menyebabkan
sejumlah desa terendam banjir.
Contoh-contoh
Kalimat Fakta
1. Penduduk Indonesia mayoritas
beragama islam
- Ir. Soekarno adalah presiden pertama Indonesia
- Denpasar adalah ibukota Bali
- Gunung Merapi sudah meletus lebih dari satu kali
- Matahari terbenam di barat dan terbit di timur
- 1 jam terdiri dari 60 menit
- Indonesia adalah negara kepulauan
- Air akan selalu mengikuti bentuk ruang yang di tempatinya
Opini adalah lawan
kata fakta. Kalimat opini merupakan kalimat hasil tanggapan, gagasan, atau
perkiraan orang, baik dari individu maupun kelompok.
Jenis-Jenis
Opini
1. Opini perorangan, contohnya : Lari sejauh
100 meter sudah melelahkan.
- Opini umum, contohnya : Makan yang berlebihan dapat mengakibatkan kegemukan.
Kata-kata yang menunjukkan kalimat opini antara lain:
a.
Tidak atau belum pasti.: barangkali, mungkin, nampaknya,
bisa jadi,sepertinya, boleh jadi, kira-kira, atau diperkirakan.
- Mengandai-andai : andaikan, seandainya, kalau, jika, jikalau, jika saja, bilamana, bila, asal, atau asalkan.
- Bersifat saran, nasihat, atau usulan: sebaiknya, alangkah baiknya, seharusnya, sesungguhnya, atau sebenarnya.
- Menyatakan hubungan sebab akibat.
Ciri-Ciri
Kalimat Opini
1. Tidak dapat dibuktikan kebenaranya.
- Bersifat subyektif dan dilengkapi uraian tentang pendapat, saran, atau ramalan tentang sebab dan akibat terjadinya peristiwa.
- Tidak terdapat narasumber/atas pemikiran sendiri.
- Tidak memiliki data yang akurat.
- Berisi tanggapan terhadap peristiwa yang terjadi, berisi jawaban atas pertanyaan: mengapa, bagaimana, atau lalau apa.
- Menunjukkan peristiwa yang belum atau akan tejadi pada masa yang akan datang (baru berupa rencana).
- Kalimat opini itu belum pasti kejadiannya.dan biasanya diawali dengan kata kata seperti “menurut saya”, “sepertinya”, “saya rasa”.
- Pendapat atau argumen seseorang.
- Informasi yang belum dibuktikan kebenarannya.
- Biasanya menggunakan kata-kata: bisa jadi, menurut, sangat, tidak mungkin, sebaiknya, atau seharusnya.
Contoh-contoh
Kalimat Opini
1. Lari sejauh 100 meter sudah
melelahkan
- Makanan itu akan terasa lebih nikmat jika ditambah sedikit gula
- Ruangan kelas itu sangat sempit
- Tidak keramas selama 1 hari menyebabkan kepala gatal
- Bogor adalah kota paling indah di Indonesia
- Orang yang gemuk itu artinya hidupnya tenang
- Jika aku hidup di Amerika pasti lebih menyenangkan
- Jika indonesia dipimpin pemuda pasti lebih baik
Perbedaan
Fakta dan Opini
Dari contoh
- contoh kalimat di atas dapat diketahui perbedaan antara kalimat opini dan
kalimat fakta antara lain :
Fakta:
Fakta:
·
Kebenarannya
bersifat objektif
- Merupakan kenyataan yang sebenarnya terjadi
- Terdapat data yang akurat sebagai pendukung
Opini:
·
Kebenarannya
bersifat subyektif
- Menunjukkan peristiwa yang belum terjadi
- Tidak adanya data pendukung
4.2
Meresensi Buku Pengetahuan
Resensi
berasal dari bahasa Belanda resentie dan bahasa Latin
recensio, recensere atau juga revidere yang artinya
mengulas kembali. Resensi adalah suatu penilaian terhadap sebuah karya. Karya
yang dinilai dapat berupa buku dan karya seni
film dan drama.
Menulis resensi terdiri atas
: kelebihan, kekurangan dan informasi yang diperoleh dari buku dan
disampaikan kepada masyarakat.
Manfaat Resensi
1. Bahan pertimbangan
Memberikan gambaran kepada para
pembaca tentang suatu karya dan mempengaruhi mereka atas karya tersebut.
2. Nilai ekonomis
Mendapatkan uang
atau imbalan serta buku-buku yang diresensikan secara gratis dari penerbit buku
apabila resensinya dimuat di koran atau majalah.[1]
3. Sarana promosi buku
Buku yang diresensikan adalah buku
baru yang belum pernah diresensi.[1] Dengan demikian, resensi merupakan media
untuk mempromosikan buku baru tersebut.[1]
4. Pengembangan Kreativitas
Semakin sering menulis, maka
semakin terasah kebiasaan menulis untuk setiap individu.[1] Hal ini dilakukan untuk mengembangkan
kreativitas menulis.[1]
Contoh Resensi Buku 1
1.Identitas buku
Judul
buku : Hujan
Kepagian
Pengarang
: Nugroho
Notosusanto
Penerbit
:
Balai Pustaka
Tahun
Terbit : 2011
Jumlah Halaman
:
vi+62
halaman
2.
Pembuka Resensi
Kumpulan
cerpen Hujan Kepagian terdiri atas 6 buah cerita. Cerpen tersebut mengisahkan
tentang kesaksian tentang revolusi kemerdekaan. Perlu diketahui bahwa tidak
banyak karya sastra menampilkan kisah-kisah di revolusi, yang kisahnya dialami
sendiri oleh pengarangnya. Perang yang diceritakan dalam cerpen tidak hanya
dilihat dari sudut peristiwa yang berkaitan dengan tindakan-tindakan serba
heroik para pelakunya. Dalam buku Hujan Kepagian ini juga bisa dilihat banyak
sisi yang lebih manusiawi. Pengarangnya sendiri juga terlibat langsung dalam
perjuangan kemerdekaan saat menjadi anggota tentara pelajar.
3.Jenis
Buku
Pada buku Hujan Kepagian merupakan cerita
nonfiksi karena pengarang mengisahkan kesaksian tentang revolusi kemerdekaan
yang telah dialami oleh pengarang itu sendiri.
4.Keunggulan
Isi Buku
·
Organisasi Buku :
Pengalaman-pengalaman
selama revolusi ini sangat menarik. Dalam buku ini antara satu peristiwa
dengan peristiwa lainnya terdapat keterkaitan sehingga mampu menarik pembaca.
· Isi
Buku :
Dilihat
dari isinya ceritanya sangat unik, menarik sehingga layak untuk dibaca.
·
Bahasa :
Dilihat dari segi
bahasa yang digunakan pengarang sederhana, akan tetapi memikat. Kalimat-
kalimat dalam paragraf disusun secara runtut sehingga mudah dipahami.
5.
Kelemahan Isi Buku
Kelemahan buku ini adalah kebiasaan pengarang menggunakan beberapa
kosakata Belanda,sehingga pembaca kurang memahami arti kata tersebut.
6.
Nilai Buku
Hal yang
perlu kita petik dari buku kumpulan cerpen ini adalah hendaklah kita berjuang
dengan hati yang suci dan tulus. Kita berjuang dengan hati yang tulus untuk
mempertahankan kehidupan bernegara dan berbangsa Indonesia.
Kesimpulan
: Buku kumpulan cerpen “Hujan Kepagian” ini cukup menarik, karena buku ini
menceritakan kesaksian tentang revolusi kemerdekaan. Dan hanya sedikit karya
sastra yang menampilkan kisah-kisah di sekitar revolusi yang dialami oleh si
pengarang. Selain itu, buku ini juga memilliki amanat yang mengajak kita
generasi muda untuk tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa ini dan
selalu berbuat baik.
Contoh Resensi Buku 2
1. Identitas Buku
Judul : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit :
PT Bentang Pustaka
Halaman :
x + 292 Halaman
Cetakan :
ke-14, januari 2008
ISBN : 979-3062-92-4
2. Pratinjau
Buku
ini dapat dikatakan buku yang luar biasa hasil karya Andrea Hirata seorang
penulis buku ternama. Hal yang luar biasa bisa kita lihat dari penyampaian alur
cerita dan juga gaya bahasa yang ditulis dengan sangat baik. Gaya bahasa ini
mampu dikemas sangat baik dari awal hingga akhir cerita. Jika ditinjau dari
unsur intrinsiknya bisa dibilang novel ini tanpa celah. Di setiap peristiwa
dalam buku ini Andrea dapat menggambarkan karakteristik dan juga deskripsi yang
sangat kuat pada setiap karrakter yang ada. Bahasa yang digunakan dalam buku
ini pun sangat menarik, dengan dibumbui ragam kekayaan bahasa dan imajinasi
yang sangat luas. Novel ini menunjukkan kekayaan bahasa sekaligus juga
keteraturan berbahasa Indonesia. Dimulai dari istilah- istilah yang saintifik,
humor metaforis, hingga dialek dan sastra melayu bertebaran di sepanjang
halaman buku novel ini. Mulanya, cerita ini lebih bernuansa komikal dengan
latar kenakalan remaja . Canda tawa khas siswa SMA sangat kental dalam novel
ini. Namun jika lebih dalam menjelajahi setiap makna kata akan terasa betapa
kuat karakter yang muncul di tiap-tiap tokohnya. Terlebih ketika Andrea membawa
kita ke dalam kenyataan hidup yang harus dihadapi tokoh Ikal yang mimpinya
seakan sudah mencapai titik kemustahilan, dan dengan sensasi filosofis Andrea
berhasil kembali membangkitkan obor semangat meraih mimpi dan menekankan begitu
besarnya kekuatan mimpi Ikal yang akhirnya dapat berhasil mengantarkannya ke
Sorbonne, kota impiannya.
Tidak hanya bicara masalah mimpi novel ini Andrea juga mencitrakan kebijaksanaan seorang ayah yang luar biasa. Walaupun dalam keterbatasan sang ayah terus menerus mendukung mimpi anaknya. Keadaan ini membuat cerita dalam buku novel ini semakin seru dan juga mengharukan. Seorang ayah yang sangat sabar dan juga anaknya yang sangat menghormati ayahnya menjad penyempurna dalam buku novel ini membuat novel ini sangat layak untuk dibaca dan kaya akan pesan pesan moral
3. Kelebihan dan Kelemahan
1) Kelebihan
Kelabihan dari novel ini bisa
dilihat dari dari segi kekayaan bahasa dan kekuatan alur yang mengajak pembaca
masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang terdeskripsikan secara
sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan Andrea memainkan imajinasi berfikir
yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang sangat berkelas. Andrea
juga menjelaskan tiap detail latar yang mem-background-i adegan demi adegan
yang ada, sehingga pembaca akan selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal
yang akan terjadi. Selain itu, kelebihan daripada novel ini yaitu kepandaian
Andrea dalam mengeksplorasi karakter-karakter sehingga kesuksesan pembawaan
yang melekat dalam karakter tersebut begitu kuat.
2) Kelemahan
Pada dasarnya novel ini hampir
tidak punya kelemahan. Hal ini disebabkan karena penulis dengan cerdas dan apik
menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan
karakter. Baik jika ditinjau dari segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan
pembaca sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan
pembaca yang haus akan novel yang bermutu.
4. Nilai Buku
Nilai Moral
Nilai moral yang terdapat pada
novel ini terasa sangat kental. Sifat-sifat yang ditunjukkan tiap karakter
menunjukkan rasa humanis yang tinggi dalam diri seorang remaja dalam menyikapi
kerasnya kehidupan ini.
Nilai Sosial
Nilai sosial dalam novel ini sangat
menonjol. Hal itu dibuktikan rasa setia kawan yang begitu tinggi antara tokoh
Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing saling mendukung dan membantu antara
satu dengan yang lain dalam mewujudkan impian-impian mereka sekalipun hampir
mencapai batas kemustahilan. Dengan didasari rasa gotong royong yang tinggi
sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun masih dapat saling
membantu satu sama lain.
Nilai Adat istiadat
Nilai adat di sini juga terasa
sangat kental terasa. Adat kebiasaan sekolah tradisional yang masih
mengharuskan siswanya mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata pencaharian
warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang timah tergambar
jelas di novel ini. Sehingga menambah khazanah budaya yang lebih Indonesia.
Nilai Agama
Nilai agama pada novel ini juga
secara jelas tergambarkan. Terutama pada bagian-bagian dimana ketiga tokoh ini
belajar dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam dan
petuah-petuah Taikong (kyai) yang begitu hormat mereka patuhi. Hal itu juga
yang membuat novel ini begitu kaya.
4.3 Menyunting Karangan dengan Berpedoman
pada Ketepatan Ejaan, Pilihan Kata,
Menyunting adalah membuat perubahan, baik dari sisi substansi maupun sisi kemasan, bahkan termasuk mengubah banyak subjek yang terlibat, seperti penulis, penerbit, dan pembaca. Dalam bahasa sederhana menyunting dapat diartikan memperbaiki karangan berdasarkan kaidah-kaidah yang benar, yang meliputi ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, sistematika penyajian, keterbacaan, dan kebenaran konsep.
Sedangkan merevisi menurut kamus adalah peninjauan (pemeriksaan) kembali untuk perbaikan.
Jadi pada dasarnya keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu upaya memperbaiki karangan/naskah sehingga layak diterbitkan. Perbedaannya, kalau menyunting dilaksanakan sebelum tulisan/karangan diterbitkan, sedangkan merevisi biasanya dilaksanakan setelah karangan diterbitkan/diedarkan dan ditemukan kesalahan yang mendasar baik dari segi isi maupun segi fisik buku sehingga buku perlu ditarik dan direvisi kembali.
Menyunting adalah membuat perubahan, baik dari sisi substansi maupun sisi kemasan, bahkan termasuk mengubah banyak subjek yang terlibat, seperti penulis, penerbit, dan pembaca. Dalam bahasa sederhana menyunting dapat diartikan memperbaiki karangan berdasarkan kaidah-kaidah yang benar, yang meliputi ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, sistematika penyajian, keterbacaan, dan kebenaran konsep.
Sedangkan merevisi menurut kamus adalah peninjauan (pemeriksaan) kembali untuk perbaikan.
Jadi pada dasarnya keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu upaya memperbaiki karangan/naskah sehingga layak diterbitkan. Perbedaannya, kalau menyunting dilaksanakan sebelum tulisan/karangan diterbitkan, sedangkan merevisi biasanya dilaksanakan setelah karangan diterbitkan/diedarkan dan ditemukan kesalahan yang mendasar baik dari segi isi maupun segi fisik buku sehingga buku perlu ditarik dan direvisi kembali.
Tentang kalimat efektif disampaikan oleh beberapa pakar :
1.
Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya
memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga
harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada
diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2.
Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas
sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah,
Arsjad, dan Ridwan:2001)
3.
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria
jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4.
Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat
menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh
pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
5.
Kalimat efektif dipahami sebagai sebuah kalimat yang
dapat membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas padat
dan mudah di mengerti serta di artikan. (ARIF HP: 2013)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata
kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan
mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah
bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Kalimat efektif memiliki
syarat-syarat
sebagai berikut:
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam
menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada
pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.
Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif:
Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi yaitu kesepadanan, kepararelan, kehematan kata, kecermatan,
ketegasan, kepaduan dan kelogisan kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif
tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
A.
Kesepadanan Struktur
Kespadanan adalah keseimbangan antara
gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat.
Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan
kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:
1. Memiliki subjek dan predikat yang
jelas
Contoh:
Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti
kegiatan study tour. (Tidak efektif)
Semua siswa kelas 2 harus mengikuti
kegaiatan study
tour.
(Efekti)
Untuk menghindari ketidak jelasan subjek,
hindarilah pemakaian kata depan (Preposisi) di depan Subjek.
2. Tidak memiliki subjek yang ganda di
dalam kalimat tunggal.
Contoh:
Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh
semua warga desa. (Tidak Efekti)
Dalam membangun jembatan itu, kami
dibantu oleh semua warga desa. (Efektif)
B. Kehematan Kata
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa
yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat,
hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk
Contoh:
Saya tidak suka
buah apel dan saya tidak suka
duren. (Tidak efektif)
Saya tidak suka buah apel dan
duren.
(Efektif)
2.
Menghindari kesinoniman dalam kalimat
Contoh:
Saya hanya memiliki 3 buah buku saja.
(Tidak efektif)
Saya hanya memiliki 3 buah buku.
(Efektif)
3.
Menghindari penjamakan kata pada kata jamak
Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di
depan gedung rektorat. (Tidak efektif)
Para mahasiswa
berunjuk rasa di depan gedung
rektorat.
(Efektif)
C. Kecermatan
Yang
dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak
menimbulkan kerancuan dan makna ganda.
Contoh:
Guru baru
pergi ke ruang guru.
(Tidak efektif)
Guru yang
baru pergi ke ruang guru. (Efektif)
D. Ketegasan
Kalimat
efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol
di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat
efektif.
1. Meletakan
kata kunci di awal kalimat
Contoh:
Sudah saya
baca buku itu. (Tidak efektif)
Buku itu
sudah saya baca. (Efektif)
2.
Mengurutkan kata secara bertahap.
Contoh:
Pertemuan
itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur, dan presiden. (Tidak
efektif)
Pertemuan
itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan, dan
gubernur. (Efektif)
E. Kepaduan
Kalimat
efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah.
Contoh:
Budi membicaran
tentang pengalaman liburannya. (Tidak efektif)
Budi
membicarak pengalaman
liburannya.
(Efekti)
F. Kelogisan
Ide kalimat
dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai
dengan kaidah EYD.
Contoh:
Waktu dan
tempat kami persilahkan! (Tidak efektif)
Bapak kepala
sekolah kami persilahkan! (Efekti)
Demikianlah
prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi dalam
pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat
tersampaikan dengan jelas kepada pendengar atau pembacanya.
Paragraf
Paragraf adalah gabungan kalimat yang mengandung satu
gagasan pokok dan didukung oleh gagasan-gagasan penjelas. Gagasan pokok dan
gagasan penjelas ini harus memiliki keterpaduan bentuk (kohesi) dan
keterpaduan makna (koherensi).
Kepaduan
Makna (Koherensi)
Suatu paragfraf dikatakan koheren, apabila ada
kekompakan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang
lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara
bersama-sama membahas satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang
menyimpang dari gagasan utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang
membingungkan.
Contoh:
Buku
merupakan investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan yang bisa
membuka cakrawala seseorang. Dibanding media pembelajaran audiovisual, buku
lebih mampu mengembangkan daya kreativitas dan imajinasi anak-anak karena
membuat otak lebih aktif mengasosiasikan simbol dengan makna. Radio adalah
media alat elektronik yang banyak didengar di masyarakat. Namun demikian,
minat dan kemampuan mambaca tidak akan tumbuh secara otomatis, tetapi harus
melalui latihan dan pembiasaan. Menciptakan generasi literat membutuhkan proses
dan sarana yang kondusif.
Paragraf di
atas dikatakan tidak koheren karena terdapat satu kalimat yang melenceng dari
gagasan utamanya yaitu kalimat yang dicetak tebal.
Keterpaduan
Bentuk (Kohesi)
Apabila
koherensi berhubungan dengan isi, maka kohesi atau keterpaduan bentuk berkaitan
dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja satu paragraf mengemukakan satu
gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut dikatakan kohesif jika
kata-katanya tidak padu.
Contoh:
Pada tahun 2007, produksi
padi turun 3,85 persen. Impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton
tahun 2008. swasembada
pangan tercapai pada tahun 2010, pada tahun 2011, kita
mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 2012. pada tahun
2013, neraca
perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Impor beras meningkat dan pada tahun
2014 mencapai
2,5 juta ton.
Paragraf di
atas mengemukakan satu gagasan utama, yaitu mengenai masalah naik turunnya
produksi beras Indonesia. Dengan demikian koherensi kalimat tersebut sudah
terpenuhi, namun paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki kohesivitas yang
baik sehingga gagasan tersebut sulit dipahami. Paragraf tersebut perlu
diperbaiki, misalnya dengan memberikan kata perangkai seperti berikut ini.
Pada tahun 2007, produksi
padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor beras meningkat, diperkirakan
menjadi 3,1 ton tahun 2008. Sesudah swasembada pangan
tercapai pada tahun 2010, pada tahun 2011, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu
ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 2012. Akan tetapi, pada tahun 2013, neraca
perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor beras meningkat dan
pada tahun 2014 mencapai
2,5 juta ton.
5.1 Menganalisis Unsur-Unsur Syair yang Diperdengarkan
Kemampuan yang harus dikuasai:Setelah mempelajari materi dalam kompetensi dasar ini diharapkan siswa dapat:
1. menganalisis unsur-unsur syair yang diperdengarkan
2. menentukan unsur syair yang dianggap menarik/tidak menarik dengan memberikan alasan yang logis.
Pada pembelajaran
yang lalu kamu sudah mampu menemukan tema dan pesan syair yang diperdengarkan.
Tema dan pesan syair merupakan salah satu dari unsur intrinsik syair. Kamu
tentu masih ingat bahwa syair merupakan salah satu bentuk puisi lama. Sebagai
sebuah puisi, syair adalah sebuah struktur yang terdiri atas unsur-unsur
pembangun. Unsur-unsur itu bersifat padu karena tidak dapat dipisah-pisahkan
tanpa mengatikan dengan unsur yang lain. Unsur syair terdiri atas unsur fisik
dan unsur batin. Unsur fisik syair terdiri atas baris-baris yang bersama-sama
membangun bait-bait. Selanjutnya bait-bait itu membangun keseluruhan makna.
Struktur fisik puisi memiliki kekhasan tersendiri dengan ciri-ciri yang melekat
padanya. Adapun ciri-ciri
syair sebagai berikut :
1. Setiap bait terdiri atas empat baris
2. Setiap baris terdiri atas 4-5 kata,
8-12 suku kata
3. Bersajak aa-aa
4. Semua baris berupa isi
Sedangkan struktur batin puisi atau disebut unsur intrinsik meliputi tema,
nada, suasana, dan pesan atau amanat.
a.
Tema
merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Tema merupakan landasan
utama dalam mengekspresikan gagasan atau pikiran melalu ikata-kata.
b.
Nada, yaitu
sikap tertentu penyair terhadap pembaca. Apakah penyair bersikap menggurui,
menasihati, mengejek, menyindir, atau berikap lugas apa adanya, hanya menceritakan
sesuatu kepada pembaca.
c.
Suasana
adalah keadaan jiawa pembaca setelah membaca puisi.
Suasana merupakan efek psikologis yang muncul setelah pembaca selesai membaca keseluruhan syair.
Suasana merupakan efek psikologis yang muncul setelah pembaca selesai membaca keseluruhan syair.
d.
Pesan atau
amanat, yaitu tujuan yang hendak dimaksud penyair dalam menciptakan
syairya. Pesan penyair dapat ditelaah setelah memahami tema, sada, dan suasana
syair dengan membaca kesepuruhan syair. Amanat tersirat dibalik kata-kata yag
disusun dan berada di balik tema yang diungkapkan.
Menemukan Unsur-unsur Syair yang Diperdengarkan
Mintalah salah seorang temanmu
untuk membacakan syair berikut ini.
Karangan itu suatu madah
Mengarangkan syair tempat berpindah
Di salam dunia janganlah tam’ah
Di dalam kubur berkhalwat sudah
Kenal dirimu di dalam kubur
Badan seorang hanya tersungkur
Dengan siap lawan bertutur
Di balik papan badan terhancur
Badan seorang hanya tersungkur
Dengan siap lawan bertutur
Di balik papan badan terhancur
Di dalam dunia banyaklah mamang
Ke akhirat jua tempatmu pulang
Janganlah disusahi emas dan uang
tulah membawa badan terbuang
Ke akhirat jua tempatmu pulang
Janganlah disusahi emas dan uang
tulah membawa badan terbuang
Tuntut ilmu jangan kepalang
Di dalam kubur terbaring seorang
Munkar wa nakir ke sana dating
Menanyakan jikalau ada engkau sembahyang
Di dalam kubur terbaring seorang
Munkar wa nakir ke sana dating
Menanyakan jikalau ada engkau sembahyang
Keterangan:
Tam’ah : loba, serakah
Mamang : kabur, kacau
Tam’ah : loba, serakah
Mamang : kabur, kacau
A. Pengertian
Cerita Pendek
Cerpen adalah
karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dipisahkan sepenggal
kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau
menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Kosasih dkk,
2004:431).
Nugroho Notosusanto (dalam Tarigan, 1993:176)
mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang panjangnya di sekitar 5000 kata atau
kira-kira 17 halaman kuarto spasi yang terpusat dan lengkap pada dirinya
sendiri. Untuk menentukan panjang cerpen memang sulit untuk ukuran yang umum,
cerpen selesai dibaca dalam waktu 10 sampai 20 menit. Jika cerpennya lebih
panjang mungkin sampai 1½ atau 2 jam. Yang jelas tidak ada cerpen yang panjang
100 halaman (Surana, 1987:58).Pengertian Cerpen
Cerita pendek adalah karangan pendek yang berbentuk
prosa.Dalam cerita pendek dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh
pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan dan mngandung kesan
yang tidak mudah dilupakan.
Dalam cerita pendek terkandung
unsur-unsur intrinsik yaitu :
Tema, yaitu pokok gagasan menjadi dasar
pengembangan cerita pendek. Tema suatu cerita mensegala persoalan, baik itu
berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan
sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh
terhadap berbagai unsur karangan itu. Bisa saja temanya itu dititipkan pada
unsur penokohan, alur, ataupun pada latar.
Plot atau alur, yaitu rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama sehingga menggerakkan jalan cerita melalui perkenalan klimaks dan penyelesaian.
Plot atau alur, yaitu rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama sehingga menggerakkan jalan cerita melalui perkenalan klimaks dan penyelesaian.
Bagian-bagian
alur:
a.
Tahap penyituasian
atau pengantar/pengenalan
Tahap pembukaan
cerita atau pemberian informasi awal, terutama berfungsi untuk melandasi cerita
yang dikisahkan pada tahap berikutnya.
b.
Tahap pemunculan
konflik
Tahap awal
munculnya konflik. Konflik dapat berkembang pada tahap berikutnya .
Peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita semakin mencengangkan dan
menegangan.
c.
Tahap klimaks
Konflik-konflik
yang terjadi atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas
puncak yang biasanya di alami oleh tokoh-tokoh utama.
d.
Tahap peleraian
Penyelesaian pada
klimaks , ketegangan di kendurkan , konflik-konflik tambahan di beri jalan
keluar, kemudian cerita di akhiri, disesuaikan dengan tahap akhir di atas.
e.
Tahap penyelesaian
Konflik
sdah di atasi/diselesaikan
oleh tokoh. Cerita dapat diakhiri
dengan gembira ata sedih.
Penokohan dan perwatakan yaitu cerita pengarang menggambarkan dan
mengembangkan watak para pelaku yang terdapat di dalam karyanya.
Seting atau latar yaitu tempat dan waktu terjadinya cerita. Latar ini berguna untuk memperkuat tema, menuntun watak tokoh, dan membangun suasana cerita. Latar terdiri atas latar tempat, waktu dan sosial.
Sudut pandang yaitu posisi pengarang dalam membawakan cerita.
Seting atau latar yaitu tempat dan waktu terjadinya cerita. Latar ini berguna untuk memperkuat tema, menuntun watak tokoh, dan membangun suasana cerita. Latar terdiri atas latar tempat, waktu dan sosial.
Sudut pandang yaitu posisi pengarang dalam membawakan cerita.
Posisi pengarang
pada sebuah cerita . Terdiri :
a.
Sudut
pandang orang pertama
Menggunakan
kata ganti “aku” sebagai pelaku utamanya.
b.
Sudut
pandang orang ke dua
Menggunakan
kata ganti “kamu” sebagai pelaku utamanya.
c.
Sudut pandang orang
ke tiga
Menggunakan kata ganti “ia, dia,
mereka” sebagai pelaku utamanya.
d.
Sudut pandang
campuran
Menggunakan kata ganti “aku” dan
“kamu” sebagai pelaku utamanya.
Amanat, yaitu pesan yang ingin
disampaikan pengarang melalui karyanya kepada pembaca atau pendengar. Pesan
bisa berupa harapan, nasehat, kritik dan sebagainya.Selain unsur Intrinsik, dalam cerpen dikenal adanya unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur luar yang berpengaruh terhadap penciptaan suatu bentuk karya sastra. unsur ekstrinsik itu antara lain: latar belakang pengarang, keadaan sosial budaya ketika karya sastra itu diciptakan.
B. Fungsi Cerita
Pendek
Fungsi sastra
dalam hal ini cerpen dibagi dalam lima golongan yaitu :
Fungsi rekreatif, yaitu memberikan rasa senang, gembira, serta
menghibur para penikmat atau pembacanya.
Fungsi didaktif, yaitu mengarahkan dan mendidik para penikmat atau pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
Fungsi estetis, yaitu memberikan keindahan bagi para penikmat atau para pembacanya.
Fungsi moralitas, yaitu fungsi yang mengandung nilai moral sehingga para penikmat atau pembacanya dapat mengetahui moral yang baik dan tidak baik bagi dirinaya.
Fungsi relegiusitas, yaitu mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan teladan bagi para penikmatnya atau pembacanya.
Fungsi didaktif, yaitu mengarahkan dan mendidik para penikmat atau pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
Fungsi estetis, yaitu memberikan keindahan bagi para penikmat atau para pembacanya.
Fungsi moralitas, yaitu fungsi yang mengandung nilai moral sehingga para penikmat atau pembacanya dapat mengetahui moral yang baik dan tidak baik bagi dirinaya.
Fungsi relegiusitas, yaitu mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan teladan bagi para penikmatnya atau pembacanya.
C. Ciri-ciri Cerita
Pendek
Cerita pendek memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a.
Tema,
alur, dan nilai-nilai kehidupan
yang disampaikan lebih sederhana.
b.
Tokoh
yang dimunculkan hanya beberapa orang,
c.
Latar
yang dilukiskan hanya sesaat dan dalam lingkungan yang relatif terbatas,
d.
Panjang cerpen kurangdari 10.000 kata
e.
Habis dibaca dalam sekali duduk
f.
Memiliki kesan tunggal (aspek kehidupan)
g.
Bersifat padu,padat dan intensif
h.
Terdapat konflik tetapi tidak sampai menimbulkan perubahan nasib pelaku
utama
i.
Hanya terdapat satu alur saja
1. Paragraf pertama yang mengesankan
Paragraf pertama merupakan kunci pembuka. Cerita pendek merupakan karangan pendek, paragraph pertama dapat langsung masuk pada pokok persoalan, dan bukannya melantur pada hal-hal yang klise apalagi bila kemudian terkesan menggurui. Hal tersebut tentunya hanya menimbulkan kebosanan dan rasa apatis bagi pembacanya.
2. Menggali suasana
Melukiskan suatu latar kadang-kadang memerlukan detail yang agak apik dan kreatif. Penggambaran suasana yang biasa-biasa dan sudah dikenal umum tidak akan menarik bagi pembaca. Jika hendak melukiskan keadaan kota Jakarta dengan gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan keramain kotanya, penggambaran itu tidaklah menarik Karena penggambaran tersebut bukan merupakan hal yang baru. Akan tetapi, bila melukiskan keadaan kota Jakarta dengan mengkaitkannya pada suasana hati tokoh ceritanya penggambaran itu lebih menyentuh pembacanya.
Pengertian Cerpen
3. Menggunakan kalimat efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang langsung memberikan kesan kepada pembacanya. Dengan menggunakan kalimat efektif, pembaca diharapkan dapat lebih mudah menangkap maksud dari setiap bagian cerita hingga tamat.Selain menggunakan kalimat efektif pengarang juga dituntut untuk memiliki kekayaan kosakata dan gaya bahasa agar cerita yang dibuatnya dapat mengalir dengan lancer dan tidak kering serta membosankan.
4. Menggerakkan tokoh (karakter)
Dalam cerita selalu ada tokoh. Tokoh-tokoh yang hadir senantiasa bergerak secara fisik atau psikis hingga terlukis kehidupan yang sama dengan kehidupan sehari-hari.
5. Fokus cerita
Dalam cerita pendek, segala bentuk harus berfokus pada satu persoalan pokok.
6. Sentakan akhir
Cerita harus diakhiri apabila persoalan sudah dianggap selesai. Kecenderungan cerita-cerita mutkhir adalah sentakan akhir yang membuat pembaca ternganga dan penasaran. Yang jelas, teks cerita pendek sudah berakhir sebagaimana dikehendaki pengarangnya.
Ringkasnya, akhir cerita merupakan sentakan yang membuat pembaca terkesan. Senyum-senyum, menarik napas panjang atau merenung dalam karena terharu tanpa harus menuliskan kata-kata sedih. Kunci semua itu ada pada sentakan akhir dalam paragraph penutup cerita itu.
6.2 Musikalisasi puisi
Musikalisasi puisi adalah puisi yang di nanyikan sehingga seorang pendengar yang kurang paham menjadi paham, yang tidak bisa menggambarkan sebuah isi puisi bisa tahu isi puisi tersebut. Dengan demikian musikalisasi puisi merupakan kegiatan mengkolaborasikan antara sastra (puisi) dan musik.
Musikalisasi puisi sudah menjadi
sebagian dari sastra dan seni,
Cara proses dari puisi menjadi musikalisasi puisi :
Baca Puisi.
Pahami isi puisi
jika sudah mengetahui isi puisi, coba mencari nada sesuai isi puisi (nada sedih, senang, kemerdekaan dll)
Setelah melakukan kedua tersebut satukan puisi yang kita baca dengan musik.
Musik harus sesuai dengan isi puisi agar pendengar paham dengan isi puisi karena itulah tujuan musikalisasi puisi.
Pahami isi puisi
jika sudah mengetahui isi puisi, coba mencari nada sesuai isi puisi (nada sedih, senang, kemerdekaan dll)
Setelah melakukan kedua tersebut satukan puisi yang kita baca dengan musik.
Musik harus sesuai dengan isi puisi agar pendengar paham dengan isi puisi karena itulah tujuan musikalisasi puisi.
Contoh Musikalisasi Puisi Laskar Pelangi
Marilah kita mencoba membuat musikalisasi puisi. Disini kita akan berbagi musikalisasi puisi yang mengambil nada dari Nidji - Laskar Pelangi (Ost. Laskar Pelangi).
Ini dia
musikalisasi puisinya
Terbang bersama mimpi
Berlarilah dengan penuh harapan
Demi raih suka cita
Untuk masa depan dunia
Raih dunia dengan semangat hidup
Sebab hidup kadang tak adil
Tapi cinta lengkapi kita
** Perjuangan yang engkau inginkan
Berjuanglah tanpa rasa lelah
Hidup memang perlu perjuangan
Cinta kita di dunia, selamanya
Jangan pernah menyerah
Atas apa yang telah kau perbuat
Walau kadang, tidak berhasil
Masih ada harapan lain
Kembali ke **
Laskar pelangi, takkan terikat waktu..
Puisi :
Terbang bersama mimpi, berlarilah dengan penuh harapan
Menyinari jalan untuk masa depanku
Hadapi rintangan dengan semangat hidup
Sebab hidup penuh tantangan, janganlah kita menyerah
Perjuangkanlah apa yang kau inginkan, maka itu akan jadi kenyataan
Hidup kita penuh perjuangan,
Jangan pernah menyerah atas apa yang kau perjuangkan
Walau kadang belum berhasil, masih ada harapan lain
Terbang bersama mimpi
Berlarilah dengan penuh harapan
Demi raih suka cita
Untuk masa depan dunia
Raih dunia dengan semangat hidup
Sebab hidup kadang tak adil
Tapi cinta lengkapi kita
** Perjuangan yang engkau inginkan
Berjuanglah tanpa rasa lelah
Hidup memang perlu perjuangan
Cinta kita di dunia, selamanya
Jangan pernah menyerah
Atas apa yang telah kau perbuat
Walau kadang, tidak berhasil
Masih ada harapan lain
Kembali ke **
Laskar pelangi, takkan terikat waktu..
Puisi :
Terbang bersama mimpi, berlarilah dengan penuh harapan
Menyinari jalan untuk masa depanku
Hadapi rintangan dengan semangat hidup
Sebab hidup penuh tantangan, janganlah kita menyerah
Perjuangkanlah apa yang kau inginkan, maka itu akan jadi kenyataan
Hidup kita penuh perjuangan,
Jangan pernah menyerah atas apa yang kau perjuangkan
Walau kadang belum berhasil, masih ada harapan lain
SEMESTER 2
9.1
Menyimpulkan Pesan Pidato atau Khotbah
Pidato
adalah salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan untuk menyampaikan berbagai
pesan/informasi kepada khalayak atau masyarakat. Pidato dapat dilakukan dalam
berbagai konteks keperluan, misalnya: pidato kenegaraan, pidato politik,
ceramah ilmiah, ceramah keagamaan, khotbah, dan lain-lain. Karena pidato dan
ceramah tersebut sifatnya sekali ucap, maka untuk dapat memahami isi pidato tersebut
diperlukan konsentrasi yang sungguh-sungguh.
Cara menyimpulkan pesan pidato :
1. Catat hal penting dalam pidato yang disampaikan
2. Rumuskan menjadi kalimat-kalimat, lalu susun menjadi paragraph
3. Rumuskan menjadi sebuah simpulan yang mewakili keseluruhan isi pidato
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam simpulan isi pidato sebagai berikut:
a. Kesimpulan yang kamu buat harus
memuat seluruh hal penting dari isi pidato.
- Kesimpulan yang kamu buat tidak menyimpang dari isi pidato yang kamu dengar.
- Kesimpulan itu bukan merupakan komentar atau tanggapan melainkan ringkasan isi pidato.
- Ungkapkanlah secara lisan isi pidato yang telah kamu dengar dengan kalimat yang menarik.
SISTEMATIKA PIDATO DAN TATA CARANYA
Sistematika:
1. Mengucapkan salam pembuka dan menyapa hadiri/ audien.
2. Menyampaikan pendahuluan: ucapan terima kasih dan ungkapan syukur.
3. Menyampaikan isi pidato: gaya bahasa menarik, jelas, dan bahasanya baik dan benar.
4. Buatlah kesimpulan supaya mudah diingat.
4. Sampaikan harapan dengan anjuran/ajakan untuk melaksanakan isi pidato.
5. Sampaikan salam penutup.
Penunjang keefektifan berbicara "Berpidato"
1. Pembicaradituntuk yang bermoral sehingga mengesankan
2. Ssehat jasmani dan rohani sehingga semangat, gagah dan simpatik (jangan loyo)
3. Sarana yang dibutuhkan memadai (Sound Sistem)
4. Dihadapan massa, perhatian tingkat pendidikan audiens, keadaan sosial, kebiasaan, adat istiadat, agama, waktu bicara jangan terlalu lama, sesuaikan gaya dengan massa.
Persiapan Pidato
1. Tentukan topik dan tujuan.2. Menganalisi pendengar dan situasi.
3. Memilih dan menyempitkan topik.
4. Mengumpulkan bahan.
5. Membuat kerangka urutan
6. Menguraikan secara detail.
7. Melatih dengan suara nyaring.
Syarat berpidato yang baik:
1. Bertekad dan berkeyakinan mampu meyakinkan orang lain rasa pede akan muncul.
2. Perpengetahuan yang luas dan menguasai materi
3. Pembendaraan kata yang cukup.
4. Berlatih dengan intensif (persiapan dan latihan).
1. Mengucapkan salam pembuka dan menyapa hadiri/ audien.
2. Menyampaikan pendahuluan: ucapan terima kasih dan ungkapan syukur.
3. Menyampaikan isi pidato: gaya bahasa menarik, jelas, dan bahasanya baik dan benar.
4. Buatlah kesimpulan supaya mudah diingat.
4. Sampaikan harapan dengan anjuran/ajakan untuk melaksanakan isi pidato.
5. Sampaikan salam penutup.
Penunjang keefektifan berbicara "Berpidato"
1. Pembicaradituntuk yang bermoral sehingga mengesankan
2. Ssehat jasmani dan rohani sehingga semangat, gagah dan simpatik (jangan loyo)
3. Sarana yang dibutuhkan memadai (Sound Sistem)
4. Dihadapan massa, perhatian tingkat pendidikan audiens, keadaan sosial, kebiasaan, adat istiadat, agama, waktu bicara jangan terlalu lama, sesuaikan gaya dengan massa.
Persiapan Pidato
1. Tentukan topik dan tujuan.2. Menganalisi pendengar dan situasi.
3. Memilih dan menyempitkan topik.
4. Mengumpulkan bahan.
5. Membuat kerangka urutan
6. Menguraikan secara detail.
7. Melatih dengan suara nyaring.
Syarat berpidato yang baik:
1. Bertekad dan berkeyakinan mampu meyakinkan orang lain rasa pede akan muncul.
2. Perpengetahuan yang luas dan menguasai materi
3. Pembendaraan kata yang cukup.
4. Berlatih dengan intensif (persiapan dan latihan).
Pidato
Presiden Joko Widodo pada pembukaan Konferensi Asia Afrika, Rabu (22/4/2015),
banyak menyentuh sejumlah permasalahan.
Bahkan,
pidato yang dinilai bagus oleh sejumlah kalangan itu juga banyak
"menyentil" sikap negara-negara maju dan organisasi perkumpulan
negara di dunia.
Tidak hanya itu, pidato Jokowi yang dinilai sangat berani itu juga mendapat
apresiasi yang tinggi dari puluhan kepala negara dan delegasi-delegasi anggota
KAA yang hadir pada pembukaan.Tepuk tangan pun menggema seusai mantan Gubernur DKI Jakarta itu menutup pidatonya.
Naskah lengkap dari pidato Jokowi di hadapan sejumlah kepala negara dan delegasi dalam KAA ke-60 bisa dilihat di bawah ini.
Yang terhormat pemimpin negara dan pemerintahan, pemimpin delegasi.
Yang terhormat, Jusuf Kalla, Megawati, BJ Habibie, Tri Sutrisno, Hamzah Haz.
Atas nama rakyat dan pemerintah Indonesia saya ucapkan selamat datang di Indonesia, negara penggagas dan tuan rumah KAA 1955.
Enam puluh tahun lalu Bapak Bangsa kami Presiden Soekarno, Bung Karno, mencetuskan gagasan tersebut demi membangkitkan kesadaran bangsa-bangsa Asia dan Afrika utk mendapatkan hak hidup sebagai bangsa merdeka yang menolak ketidakadilan, yang menentang segala bentuk imperalisme.
Enam puluh tahun lalu, solidaritas Asia-Afrika, kita kumandangkan untuk memperjuangkan kemerdekaan. Untuk menciptakan kesejahteraan dan untuk memberi keadilan bagi rakyat kita. Itulah gelora KAA 1955. Itulah esensi semangat Bandung.
Kini, 60 tahun kemudian, kita kembali bertemu di negeri ini, di Indonesia, dalam suasana dunia yang berbeda bangsa-bangsa terjajah telah merdeka dan berdaulat, namun perjuangan kita belum selesai.
Yang mulia para hadirin sekalian,
Dunia yang kita warisi sekarang masih sarat dengan ketidakdilan, kesenjangan dan kekerasan global, cita-cita bersama mengenai lahirnya sebuah peradaban baru, sebuah tatanan dunia baru berdasarkan keadilan, kesetaraan, dan kemakmuran, masih jauh dari harapan.
Ketidakadilan dan ketidakseimbangan global masih terpampang di hadapan kita.
Ketika negara-negara kaya yang hanya sekitar 20 persen penduduk dunia, menghabiskan 70 persen sumber daya bumi maka ketidakadilan menjadi nyata. Ketika ratusan orang di belahan bumi sebelah utara menikmati hidup super kaya, sementara 1,2 miliar penduduk dunia di sebelah selatan tidak berdaya dan berpenghasilan kurang dari 2 dolar per hari, maka ketidakadilan semakin kasat mata.
Ketika ada sekelompok negara kaya merasa mampu mengubah dunia dengan menggunakan kekuatannya, maka ketidakseimbangan global jelas membawa sengsara yang semakin kentara ketika PBB tidak berdaya.
Aksi-aksi kekerasan tanpa mandat PBB, seperti kita saksikan, telah menafikkan keberadaan badan dunia yang kita miliki bersama itu. Oleh karena itu kita bangsa-bangsa di Asia-Afrika mendesak reformasi PBB. Agar berfungsi secara optimal sebagai badan dunia yang mengutamakan keadilan bagi kita semua, bagi semua bangsa.
Bagi saya, ketidakadilan global terasa semakin menyesak dada. Ketika semangat Bandung yang menuntut kemerdekaan bagi semua bangsa-bangsa Asia-Afrika masih menyisakan utang selama enam dasawarsa.
Kita dan dunia masih berutang kepada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina yang hidup dalam ketakutan dan ketidakadilan akibat penjajahan yang berlangsung begitu lama.
Kita tidak boleh berpaling dari penderitaan rakyat Palestina, kita harus terus berjuang bersama mereka. Kita harus mendukung lahirnya sebuah negara Palestina yang merdeka.
Yang mulia pada hadirin sekalian,
Ketidakadilan global juga terasa ketika sekelompok dunia enggan mengakui realita dunia yang telah berubah. Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF dan ADB adalah pandangan yang usang yang perlu dibuang.
Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa hanya diserahkan kepada ketiga lembaga keuangan internasional itu. Kita wajib membangun sebuah tatanan ekonomi baru yang terbuka bagi kekuatan-kekuatan ekonomi baru. Kita mendesak dilakukannya reformasi arsitektur keuangan global untuk hilangkan dominasi kelompok negara atas negara-negara lain.
Saat ini dunia membutuhkan kepemimpinan global yang kolektif, yang dijalankan secara adil dan bertanggung jawab dan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru yang bangkit, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di muka bumi, sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dunia, siap memainkan peran global sebagai kekuatan positif bagi perdamaian dan kesejahteraan.
Indonesia siap bekerjasama dengan semua pihak untuk wujudkan cita-cita mulia itu.
Yang mulia pada hadirin sekalian,
Hari ini dan esok kita berkumpul di Jakarta untuk menjawab tantangan ketidakadilan dan ketidakseimbangan itu. Hari ini dan esok, rakyat kita menanti jawaban terhadap persoalan-persoalan yg mereka hadapi.
Hari ini dan hari esok dunia menanti langkah-langkah kita dalam membawa bangsa-bangsa Asia-Afrika berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kita bisa melakukan itu semua dengan membumikan Semangat Bandung dengan mengacu pada tiga cita-cita yang diperjuangkan para pendahulu kita 60 tahun lalu.
Pertama, kesejahteraan. Kita harus pererat kerja sama untuk hapuskan kemiskinan, meningkatkan pendidikan dan layanan kesehatan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memperluas lapangan kerja.
Kedua, solidaritas. Kita harus tumbuh bersama dan meningkatkan perdagangan investasi di antara kita dengan membangun kerja sama ekonomi antara kawasan Asia-Afrika dengan saling membantu dalam konektivitas yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan kita, bandara-bandara kita dan jalan-jalan kita. Indonesia akan bekerja menjadi jembatan maritim yang menghubungkan kedua benua.
Ketiga, stabilitas internal dan eksternal dan penghargaan pada HAM. Kita harus bertanya apa yang salah dengan kita sehingga banyak negara Asia-Afrika dilanda berbagai konflik internal dan eksternal yang menghambat pembangunan.
Kita harus bekerjasama menghadapi ancaman kekerasan, pertikaian dan radikalisme seperti ISIS. Kita harus melindungi hak-hak rakyat kita. Kita harus menyatakan perang pada narkoba yang menghancurkan masa depan anak-anak kita.
Kita harus menyelesaikan berbagai pertikaian baik dalam negeri atau antar negara secara damai. Oleh karenanya Indonesia memprakarsai pertemuan informal negara-negara Organisasi Kerjasama Islam untuk mencari penyelesaian berbagai konflik yang kini melanda dunia Islam.
Kita juga harus bekerja keras menciptakan stabilitas dan keamanan yang jadi prasyarat pembangunan bangsa.
Kita juga harus pastikan samudera kita, laut kita, aman bagi lalu lintas perdagangan dunia. Kita menuntut agar sengketa antar negara tidak diselesaikan dengan penggunaan kekerasan. Ini tugas dan tantangan di hadapan kita yang harus kita rumuskan dalam siding KAA ini.
Melalui forum ini saya ingin menyampaikan keyakinan saya bahwa masa depan dunia ada di sekitar ekuator. Di tangan kita. Bangsa-bangsa Asia-Afrika yang ada di dua benua.
(Edwin
Firdaus)
10.2
Menerapkan Prinsip-prinsip Diskusi
Diskusi merupakan kegiatan yang biasa dilakukan
seseorang dalam memecahkan suatu masalah Diskusi melibatakan keterampilan berbicara, dalam ragam budaya masyarakat Indonesia bisa terwujud dalam berbagai bentuk, di antara
rutinitas kegiatan berbicara dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kegiatan obrolan bercirikan antara
lain: 1) dilakukan tanpa tujuan yang
pasti, sebab pada umumnya dilakukan untuk menambah keakraban, memperluas
pergaulan, atau bahkan hanya untuk mengisi waktu luang; 2) dapat dilakukan di
mana pun, dalam situasi bagaimanapun; 3) bisa dilaksanakan kapan pun, dalam
batas waktu tak tertentu; 4) dapat dilakukan oleh siapa pun dengan siapa saja,
tanpa klasifikasi dan kesamaan arah; dan 5) tidak memerlukan sarana dan
fasilitas.
Kegiatan diskusi dapat dilakukan oleh dua orang ataupun lebih,
puluhan, bahkan ratusan atau ribuan, dalam situasi resmi ataupun tak resmi;
dengan persiapan yang matang dan terencana disertai dengan aturan yang jelas,
atau kegiatan berbicara di tempat tak resmi dengan tujuan tertentu; berbicara
boleh berbeda; tetapi tetap merupakan satu kesatuan,; menghasilkan ide-ide
meskipun berbeda, tetapi tetap satu tujuan, bukan kehendak pribadi, melainkan
tujuan kelompok, diwarnai dialog, tanya jawab, atau saling tukar
pendapat, beradu argumentasi dengan bukti dan alasan, boleh ada penolakan
pendapat atau gagasan, memberi tanggapan, saran, kritik, dan usul, di sisi lain
dapat dikemukakan informasi lengkap dan terperinci membawa hasil baik berupa
kesimpulan, kesepakatan, pemikiran alternatif, dan lain-lain sebagai hasil
pemikiran bersama. Jadi pada umumnya diskusi adalah suatu proses penglibatan dua atau lebih
individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai
tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melauli cara tukar- menukar informasi (information sharing),
mempertahankan pendapat (self-maintenance) atau pemecahan masalah (problem-solving).
Jadi diskusi berarti proses bertukar pikiran antara dua orang atau
lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu. Sebelum melakukan kegiatan
diskusi sebaiknya kita mengetahui prinsip-prinsip dasar di antaranya:
a.
Tujuan diskusi untuk mencari kebenaran (ilmiah);
b.
Dilakukan dalam situasi resmi di
tempat yang formal, meski
kadang diskusi nonformal bisa dilakukan di tempat tak formal;
c.
Dilakukan oleh kalangan yang mencari
kebenaran atau meningkatkan kualitas kebenaran;
d.
Dilaksanakan dalam kelola waktu yang
terprogram secara proporsional;
f.
Diskusi
merupakan forum ilmiah untuk bertukar pikiran dan wawasan dalam menyikapi suatu
permasalahan yang dihadapi bersama. Diskusi bukan forum untuk berbagi
pengalaman (sharing), perasaan (curhat), kepentingan (musyawarah), atau ilmu
kepintaran (mengajar).
g.
Dalam
diskusi, harus terjadi dialog atau komunikasi intelektual dan ilmiah. Dalam hal
ini, harus dijauhkan unsur emosional dan mengabaikan kedekatan hubungan
personal sehingga terlahir pemikiran – pemikiran yang rasional dan objektif.
h.
Diskusi
merupakan forum resmi, formal, dan terbuka. Oleh karena itu, proses komunikasi
menggunakan bahasa nasional yang baku sehingga dapat dipahami semua kalangan
dengan baik. Diskusi bukan forum kekeluargaan yang ditujukan pada kelompok
terbatas.
i.
Diskusi
berlangsung dalam situasi yang tertib, teratur, dan terarah serta bertujuan
jelas. Oleh karena itu, diperlukan adanya perangkat dan instrumen pendukung
seperti ketua, moderator,
notulis, dan tata tertib.
Proses diskusi dikatakan hidup dan sehat jika seluruh peserta terlibat secara aktif dengan mengikuti tatanan yang ada. Sebaliknya, akan dikatakan tidak sehat jika proses bertukar pikiran didominasi oleh satu atau dua pikiran saja.
Proses diskusi dikatakan hidup dan sehat jika seluruh peserta terlibat secara aktif dengan mengikuti tatanan yang ada. Sebaliknya, akan dikatakan tidak sehat jika proses bertukar pikiran didominasi oleh satu atau dua pikiran saja.
Diskusi dilakukan dengan memperhatikan beberapa
hal berikut:
a. Menghindari terjadinya debat kusir. Debat kusir adalah
perselisihan pendapat yang terjadi, tetapi tanpa dilandasi alasan yang jelas.
b. Menyanggah atau menolak pendapat
orang lain harus didasari oleh argumentasi-argumentasi yang kuat dan
meyakinkan.
c. Dalam diskusi setiap peserta dituntut untuk aktif menyampaikan
pendapat-pendapatnya. Bahkan, seringkali terjadi saat seseorang menyampaikan
pendapatnya, teman yang lain menyelanya.
d. Tidak ada pemenang dalam diskusi, yang dicari atau didapat dari diskusi adalah mufakat
atau kesepakatan bersama yang didapat dari berbagai pendapat yang ada.
Unsur-unsur Diskusi
A.
Materi
Masalah yang
didiskusikan merupakan suatu persoalan yang dibahas oleh peserta diskusi untuk dipahami, diketahui sebab-sebabnya, dianalisis,
dicari jalan keluar atau solusinya, diambil keputusan yang tepat, terbaik di
antara yang baik atau tak baik sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. Masalah adalah
persoalan yang ada antara harapan dengan kenyataan. Oleh sebab itu, kegiatan diskusi merupakan suatu upaya untuk menemukan cara
menghilangkan, mengatasi atau memperkecil jarak antara harapan dengan
kenyataan. Kriteria masalah yang layak didiskusikan:
a) Menarik perhatian peserta.
b) Aktual dan menjadi pembiacaraan
umum.
c) Berguna bagi peserta, masyarakat
atau bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
d) Baru, yaitu belum ada atau belum
dibahas sebelumnya.
e) Langka, jarang ada (kesempatan atau
problemanya.
f) Menyangkut kebijakan untuk umum atau
penting sebagai public figure.
g) Mengandung alternatif
pendapat-multidimensional.
h) Membutuhkan pertimbangan yang matang
untuk penentuan keputusan.
B.
Moderator
Moderator
bertugas membuka, memperkenalkan pemrasaran dan notulis, membacakan tata
tertib, mengarahkan dan mengatur arus pembicaraan, menyampiakn kesimpulan,
serta menutup diskusi.
C.
Notulis
Notulis
bertugas mencatat hal-hal penting dalam diskusi baik teknis maupun materi
pembicaraan. Notulis juga bertugas untuk membuat simpulkan hasil diskusi.
D.
Peserta
Peserta
bertugas mengikuti kegiatan diskusi secara aktif, bukan sebatas pendengar
belaka, melainkan bisa juga memberikan tanggapan, pertanyaan, usulan, dan
lain-lain.
E.
Pemakalah / Penyaji
Penyaji
bertugas menjelaskan isi permasalahan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam
bentuk makalah.
F.
Sarana / Perlengkapan
Perlengkapan
dalam pelaksanaan diskusi meliputi: pemilihan tempat yang akan digunakan dalam
diskusi, sarana
seperti LCD, viewer, alat pelantang suara, dan lain-lain.
Langkah-langkah
Diskusi
Berikut ini
akan diuraikan prosedur penyelenggaraan diskusi yang meliputi 2 fase,yaitu : fase persiapan dan fase pelaksanaan.
A. Fase
Persipan
Diskusi yang baik tidak akan terjadi begitu
saja, artinya asal membagi kelompok-kelompok kecil lalu disuruh berdiskusi
saja. Hal itu
membutuhkan persiapan yang cermat seperti halnya lesson planning. Hanya bedanya
dalam hal ini metode yang dipergunakan adalah metode diskusi. Fase
persiapan ini
biasanya terdiri atas langkah-langkah sebagi berikut:
a. Mempelajari subyek (area) yang akan
didiskusikan.
b. Membagi peserta menjadi
kelompok-kelompok dan member pengarahan siapa menjadi apa (ketua/sekretais, peserta biasa, dan pengamat)
c. Menentukan tujuan instruksional
khusus yang ingin dicapai dalam diskusi itu.
d. Mengidentifikasi hasil-hasil belajar
apa yang seharusnya dikuasai peserta (apakah konsep, prinsip, dan lain-lain).
e. Menunjukan dan menguraikan dengan jelas
problema yang akan dipecahkan dalam diskusi (briefing).
f. Meyiapkan dan membagikan bahan-bahan
(hand-out) kepada peserta.
g. Mengembangkan agenda yang mencakup
semua point yang dibutuhkan dalam rangka pemecaha masalah.
h. Mengatur ruangan dan tempat
duduk,papan tulis,dan alat-alat bantu yang akan dipergunakan.
B.
Fase Pelaksanaan
Fase ini meliputi :
Dalam
pembukaan diskusi
yang perlu diperhatikan adalah penciptaan prakondisi sehingga perhatian dan
sikap mental peserta digiring dan disipakan agar terkonsentrasi pada hal-hal
yang akan dibicarakan dalam diskusi,usaha tersebut dapat berupa :
1) Membuat outline singkat situasi yang
akan didiskusikan.
2) Mengeluarkan sebuah pendapat atau
pertanyaan yang sifatnya dapat merangsang pikiran peserta.
3) Senantiasa memberikan
pertanyaan-pertanyaan pada point-point yang penting yang ada hubungannya dengan
masalah yang bersangkutan.
4) Memberikan ilustrasi, demonstrasi
atau bentuk lain yang dapat menarik perhatian peserta.
Dalam pemeliharaan ini
sebaiknya diterapkan bentuk-bentuk kesepakatan bersama sehingga mendorong peserta untuk
berpartisipasi secara aktif. Pemeliharaan
perasaan itu sangat penting yang menyebabkan seseorang merasa dihargai dan
diperhatikan serta diikutsertakan sehingga mendorong timbulnya sikap
bertanggungjawab, berpartisipasi, dan rasa memiliki. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam fase pemeliharaan ini adalah :
a. Menjaga peserta agar tidak keluar
dari subyek yang bersangkutan.
b. Membuat pertanyaan-pertanyaan yang
menghendaki atau menuntut jawaban dari peserta,dan mempersipakan mereka member
alas an-alasan setiap padangan atau pendapat yang mereka ucapkan.
c. Hindarkan pemunculan topic baru yang
belum waktunya muncul,tunggu sampai topik lama diselesaikan.
d. Bila mungkin hubungkan topic baru
dengan topik lama.
e. Sering-sering membuat rigkasan
terhadap bantuan pikiran peserta yang langsung ada hubungnnya dengan diskusi.
f. Siap-siap dengan komentar atau
pertanyaan untuk mengarahlkan kembali jika diskusi itu menuju jalan buntu.
Agar para
peserta menjadi mantap dan tidak merasa mengambang akan hasil diskusinya maka
dalam penutupan diskusi segera :
ü Segera dibuatka rangkuman dan simpulan dari hasil diskusi.
ü Tegaskan bahwa simpulan hasil diskusi merupakan kesepakatan bersama.
Etika dalam Diskusi
a. Harus berlangsung pada suasana yang
terbuka, artinya
semua pihak yang terlibat siap/rela menerima dan memberi informasi kepada siapa
pun.
b. Tiap peserta harus berpartisipasi
penuh, artinya tiap
peserta mengambil bagian dalam proses diskusi,masing-masing menjadi pendengar
yang baik dan juga menjadi pembicara yang baik.
c. Selalu ada bimbingan dan kontrol, artinya ketua senantiasa mengadakan
bimbingan dan pengawasan/control agar diskusi tetap berjalan pada arah dan relnya.
d. Perdebatan harus didasarkan pada
argumentasi kontra argumentasi bukan emosi kontra emosi, artinya diskusi yang
akan mencari jalan penyelesaian atau kebenaran itu tidak didasarkan atas siapa
yang kuat itu yang menang.
e. Pengajuan pertanyaan harus jelas dan
singkat, artinya
tidak bertele-tele tetapi menuju sasaran.
f. Tidak adanya pemborong atau
monopoli, diskusi yang
baik adalah diskusi yang berlagsung dalam suasan demokratis semua pihak
mempunyai hak yang sama baik dalam berbicara maupun dalam mengambil bagian.
Tabel adalah daftar berisi ikhtisar dari
sejumlah fakta dan informasi. Bentuknya berupa kolom-kolom dan baris-baris.
Biasanya fakta atau informasi itu hanya berupa nama dan bilangan yang tersusun
dalam urutan kolom dan baris. Tabel merupakan alat bantu visual yang berfungsi
menjelaskan suatu fakta atau informasi secara singkat, jelas, dan lebih menarik
daripada kata-kata. Sajian informasi yang menggunakan tabel lebih mudah dibaca
dan disimpulkan.
Grafik merupakan gambar yang terdiri atas
garis dan titik-titik koordinat. Dalam grafik terdapat dua jenis garis
koordinat, yakni garis koordinat X yang berposisi horisontal dan garis
koordinat Y yang vertikal. Pertemuan antara setiap titik X dan Y membentuk
baris-baris dan kolom-kolom.
Seperti halnya tabel, grafik merupakan media visual
yang sering digunakan untuk memperjelas suatu bacaan. Grafik memungkinkan
penyampaian informasi yang kompleks secara lebih mudah. Media ini dapat
memberikan gambaran suatu informasi secara jelas, mudah, menarik, dan efektif.
Umumnya grafik digunakan untuk membandingkan jumlah
data. Selain itu, digunakan pula untuk menunjukkan fluktuasi suatu perkembangan
jumlah, misalnya dalam rentang waktu lima tahun, enam tahun, sepuluh tahun,
atau lebih. Dengan grafik, perbandingan serta naik turunnya suatu jumlah data
akan lebih jelas.
Langkah
membaca tabel dan grafik.
1. Bacalah judulnya. Membaca judul
merupakan kegiatan penting untuk memahami isi pesannya. Resapilah isi judul
tabel dan grafik yang Anda hadapi, karena judul memberikan ringkasan yang padat
tentang informasi yang akan disampaikan.
2. Bacalah keterangan yang ada di atas,
di bawah atau di sisinya. Keterangan itu merupakan kunci penjelasan tentang
data yang disampaikan. Keterangan itu, misalnya dalam bentuk urutan tahun,
persentase, atau angka-angka.
3. Ajukan pertanyaan tentang tujuan
tabel dan grafik itu. Caranya mudah. Kalian cukup mengubah judulnya menjadi
pertanyaan, misalnya di mana, seberapa banyak, berapa perkembangannya, dan
seterusnya. Jawaban pertanyaan tersebut diharapkan ada dalam tabel dan grafik
yang Anda hadapi.
4. Bacalah tabel dan grafik dengan
selalu mengingat tujuan Anda, informasi apa yang Anda perlukan.
12.1 Menulis Karya Tulis Sederhana
Karya tulis adalah suatu karya
atau suatu hasil menuangkan gagasan dan perasaan yang disusun secara sistematis
dengan aturan penulisan yang jelas.
Ciri-ciri karya ilmiah yang baik di antaranya:
- Ditulis dalam bahasa yang baik dan benar, serta tidak menimbulkan salah penafsiran bagi pembacanya
- Disertai fakta yang akurat dan meyakinkan
- Informasi yang disajikan lengkap
- Menarik dan enak dibaca
Ciri-ciri pokok sebuah makalah
adalah objektif, tidak memihak, berdasarkan fakta, sistematis, dan logis. Berdasarkan
ciri-ciri tersebut, baik tidaknya suatu makalah dapat dilihat dari kebermaknaan
masalah yang dibahas, kejelasan tujuan pembahasan, kelogisan pembahasan, dan
keruntutan penulisannya.
Banyak ragam dan jenis tulisan
yang termasuk karya ilmiah, misalnya makalah, artikel penelitian, artikel
ilmiah populer, buku, modul, atau buku pelajaran. Bentuk tulisan ilmiah
tersebut sering dinamakan karya tulis ilmiah. Sebagai pelajar kalian perlu
berlatih berpikir ilmiah seperti itu. Latihan yang akan kalian lakukan, yaitu
dengan membuat makalah sebagai salah satu bentuk karya tulis ilmiah.
Banyak ragam sitematika penulisan
karya ilmiah yang dilakukan penulis. Namun pada prinsipnya sama. Di anrata sitematika
penulisannya
sebagai berikut :
a.
Halaman
judul
Judul
adalah nama karangan. Judul harus sesuai dengan isinya karena judul
mencerminkan isi. Judul biasanya berupa kelompok kata (bukan kalimat).
Judul
ditulis dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1) Dirumuskan
secara singkat
2) Mencerminkan
area permasalahan, variabel penelitian dan target populasi
3) Memuat
kata-kata kunci yang akan diacu dalam penelitian
4) Memisahkan
antara judul utama dan judul pelengkap
b.
Kata
Pengantar
Dalam
kata pengantar dicantumkan ucapan terimakasih penulis yang ditujukan kepada
orang-orang, lembaga, organisasi, dan/atau pihak-pihak lain yang telah membantu
dalam mempersiapkan, melaksanakan dan menyelesaikan karya ilmiah tersebut. Tulisan
kata pengantar dikerik dengan huruf kapital, simetris di batas atas bidang
pengetikan dan tanpa tanda titik. teks pada pengantar diketik dengan spasi
ganda (2 Spasi). Panjang teks tidak lebih dari dua halaman kertas kuarto. Pada
Bagian akhir teks (di pojok kanan-bawah) dicantumkan kata penulis tanpa
menyebut nama terang
c.
Daftar
Isi
Daftar isi adalah halaman yang
memberikan informasi tentang bab, sub bab, sub-sub bab dan bagian-bagian
penting lain yang disertai dengan letak halamannya.
d.
Bab
I Pendahuluan
1.
Latar
Belakang (berisi alasan pemilihan judul)
Bagian ini menerangkan
keternalaran (kerasionalan) mengapa topik yang dinyatakan pada judul karya
tulis ilmiah itu diteliti. Untuk menerangkan keternalaran tersebut perlu dijelaskan
dulu pengertian topik yang dipilih. Baru kemudian diterangkan argumen yang
malatarbelakangi pemilihan topik itu dari sisi substansi dalam keseluruhan
sistem substansi yang melingkupi topik itu. Dalam hal ini dapat dikemukakan
misalnya adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara teori dan
praktek dari konsep dalam topik.
2.
Permasalahan
a)
Identifikasi Masalah
Sebelum masalah dirumuskan perlu diidentifikasi dengan
baik. Dengan identifikasi masalah, memungkinkan perumusan masalah yang
operasional menjadi lebih mudah. Masalah yang operasional memiliki ciri, antara
lain: (a) masalahnya dapat dipecahkan, (b) menggambarkan variabel penelitian
yang jelas, (c) bentuk dan jenis data yang diperlukan dapat dipastikan secara
akurat, (d) teknik pengumpulan data dapat ditentikan secara tepat, (e) teknik analisis
data dapat diterapkan secara tepat.
b) Perumusan
Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan
persoalan yang perlu dipecahkan atau dipertanyakan yang perlu dijawab dengan
penelitian. Perumusan itu sebaiknya disusun dalam bentuk kalimat tanya, atau
sekurang-kurangnya mengandung kata-kata yang menyatakan persoalan atau
pertanyaan. Yakni apa, siapa, berapa, seberapa, sejauh mana. Bagaimana (bisa
tentang cara atau wujud keadaan) di mana, ke mana, dari mana, mengapa dan
sebagainya.
3.
Tujuan
Penulisan (berisi
tujuan yang ingin dicapai dengan memilih judul dan permasalahan dalam
kerja tulis)
4.
Metode
Penulisan (berisi
teknik/metode pengambilan data dalam penulisan karya tulis, misalnya
dengan observasi, wawancara, atau studi pustaka
e.
Bab II Kajian
Pustaka
Berisi
dasar teori yang berkenaan yang menjadi acuan dalam tulisan tersebut
f. Bab III Pembahasan (berisi uraian atau
pembahasan masalah yang terdapat pada bagian Bab III
permasalahan)
g. Penutup
Di
dalam bab penutup berisi
1.
Simpulan
Bagian menguraikan keberhasilan
metode dikaitkan dengan hasi kerja, dan dampak produk. Penutup merupakan bagian
terakhir dari isi pokok laporan penelitian. sesuai dengan isinya, bagian ini
dapat dibagi menjadi dua sub-bab yaitu simpulan dan saran.
2.
Saran
Saran merupakan bagian yang berisi temuan jalan keluar
dari suatu permasalahan. Saran dikemukakan dengan mengaitkan temuan dalam
simpulan dan jika memungkinkan jalan keluarnya juga disampaikan. saran dapat
bersifat praktis atau teoritis. Selain
itu, perlu juga dikemukakan masalah-masalah baru yang ditemukan dalan
penelitian yang memerlukan penelitian lanjutan
Simpulan dan saran
dikategorikan baik jika memenuhi syarat sebagai berikut:
a)
Pernyataan
mengenai kesimpulan diungkap secara tepat dan akurat tanpa disertai pernyataan
baru atau pengantar yang tidak relevan
b)
Simpulan dibuat menurut ruang lingkup generalisasi atas
dasar justifikasi data yang disajikan
c)
Simpulan seyogyanya diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan
baru, berupa saran atai rekomendari bagi penelitian lebih lanjut.
d)
Saran yang dikemukakan bersifat objektif dan disertai
langkah-langkah operasional bagi implementasinya.
e)
Saran semata-mata ditujukan pada upaya perbaikan atas
kelemahan-kelemahan yang dikemukakan atau berupa rekomendasi aplikasi temuan, berikut
langkah-langkah teknisnya.
h. Daftar
Pustaka
Daftar pustaka adalah daftar buku atau referensi
yang dijadikan rujukan dalam menulis makalah. Adapun urutan/pola daftar pustaka
adalah : nama penulis, tahun terbitnya buku yang dirujuk, judul buku yang
dirujuk, kota buku itu diterbitkan, dan nama penerbit yang menerbitkan buku
itu.
Teknik penulisan daftar pustaka ialah sebagai berikut:
a)
Nama pengarang dibalikkan atau diputar dengan catatan
nama yang dikedepankan, atau nama marga/unsur nama akhir yang dipisahkan oleh
koma. Setelah itu, nama pengarang disusun secara alfabetis;
b)
Bila
nama pengarang ada dua, yang dibalikkan ialah nama pengarang pertama;
Contoh: Emil Salim dan Philip Kotler menjadi Salim, Emil dan Philip Kotler
Contoh: Emil Salim dan Philip Kotler menjadi Salim, Emil dan Philip Kotler
c)
Jika nama pengarang ada tiga atau lebih, nama pengarang
pertamalah yang diputar dan diikuti oleh dkk. Contoh: Emil Salim, Philip
Kotler, Djoemad Tjiptowardojo menjadi Salim, Emil. dkk.
d)
Bila tidak terdapat nama pengarang, nama departemen atau
lembagalah yang ditulis; bila tidak ada kedua-duanya, tulislah tanpa pengarang,
atau tanpa lembaga;
e)
Gelar akademik pengarang tidak dicantumkan;
f)
Judul buku harus dicetak miring dalam komputer atau
digarisbawahi dalam mesin tik atau tulisan tangan;
g)
Judul artikel, skripsi, tesis, atau disertasi yang belum
dibukukan diapit oleh tanda petik dua;
h)
Bila ada edisi atau cetakan ditulis sesudah judul buku;
i)
Jika buku tersebut merupakan terjemahan dari buku bahasa
asing, penerjemah ditulis sesudah edisi;
j)
Spasi dalam daftar pustaka satu spasi;
k)
Perpindahan dari satu pengarang ke pengarang yang lain
dua spasi.
l)
Bila dalam satu buku diperlukan dua baris atau lebih,
baris yang kedua atau selanjutnya dimulai dari 1 tabulasi (5-7 ketukan);
m)
Jika seorang pengarang menuliskan lebih dari satu buku,
nama pengarang ditulis satu kali; nama pengarang itu diganti dengan garis
panjang atau tanpa garis panjang;
n)
Bila ada dua atau lebih karya ilmiah (buku) yang ditulis
oleh seorang pengarang, urutan penulisannya berdasarkan tahun terbit.
Contoh
penulisan unsur pustaka acuan yang berupa buku:
Badudu, J.S. 1993. Inilah Bahasa Indonesoa yang Benar
I. Jakarta : PT Gramedia
Djajasudarma,
T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik:
Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Cetakan III.Bandung: Eresco.
Surono.
1981. Ikhtisar Seni Sastra. Solo : Tiga Serangkai
Zaidan dkk. 1981. Kamus Istilah Sastra. Jakarta
: Balai Pustaka
Contoh
penulisan unsur pustaka acuan yang majalah/surat kabar:
Simanungkalit, T. 1987. "Demokrasi Kita Masih Belajar di Tingkat
Dua". Dalam Prioritas. 4 mei. 2015 Jakarta : halaman 4-5.
Jawa Pos. 22 April, 2014. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri : halaman 3.
Contoh penulisan
unsur pustaka acuan yang dari sumber internet:
Junaedi,
Fajar. Agustus 2004. “Berinternet Gratis dengan JUICE” http://www.juiceboosted.com,
diakses 25 Mei 2014
Kumaidi.
1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tes. http://www.malang.ac.id ,
diakses 20 Januari 2014.
Bab
I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Persolan budaya dan karakter bangsa kini menjadi
sorotan tajam masyarakat, baik itu melalui media cetak, wawancara, dialog dan
lain sebagainya. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi,
kekerasan, kejahatan seksual, perusakan yang terjadi dimana-mana, sirkulasi
ekonomi yang terhambat serta dunia politik yang menuai pro dan kontra menjadi
salah satu topik yang hangat di masyarakat. Berbagai alternatif penyelesaian
masalah ini telah dilakukan seperti peraturan, undang-undang, penerapan hukum
yang lebih kuat.
Kepedulian masyarakat terhadap pendidikan budaya
dan karakter bangsa juga telah menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah telah
mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa ini melalui Departemen
Pendidikan Nasional. Karena itulah kami tertarik menjadikan topik ini sebagai
bahasan karya ilmiah sederhana yang akan kami tulis.
1.2 Identifikasi masalah1.2.1 Peristiwa apa sajakah yang kini marak terjadi sebagai bentuk penyimpangan dari karakter bangsa ?
1.2.2 Apa sebab-sebab terjadinya penyimpangan karakter tersebut ?
1.2.3 Dampak apa saja yang ditimbulkan akibat penyimpangan karakter ini ?
1.2.4 Bagaiman upaya mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan karakter tersebut ?
1.3 Rumusan masalah
1.3.1 Bagaimana pengaruh penyimpangan karakter ini pada prestasi siswa ?
1.4 Tujuan dan manfaat
1.4.1 Mengembangkan kebiasaan dan perilaku anak bangsa yang terpuji dan sejalan dengan karakter bangsa Indonesia.
1.4.2 Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab kepada anak bangsa sebagai generasi penerus bangsa.
1.4.3 Mengembangkan sikap mandiri, disiplin, jujur, kreatif dan berwawasan kebangsaan
1.5 Metode penelitian
1.5.1 Mengamati kondisi di lapangan
1.5.2 Membaca buku pendukung
Bab II
Pembahasan
2.1 Contoh-contoh perilaku penurunan moral
Ada beberapa peristiwa yang tergolong
penyimpangan karakter di negeri ini. Contoh kecil saja, di zaman yang sudah
modern ini banyak orang yang lupa beretika, lupa menjaga sopan santun, tak mau
saling tolong menolong, tak bertanggung jawab, tidak tahu batas-batas pergaulan
dan masih banyak lagi. Hal sekecil itu saja sudah tak terkendali, apalagi hal
yang besar.
Realitanya, banyak makelar kasus, penggelapan
pajak, korupsi, kejahatan yang dilakukan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab
dan yang amat sangat memprihatinkan adalah perilaku remaja Indonesia yang masih
berada di usia sekolah. Menurut survey, pada tahun 2008 yang dilakukan di 33 provinsi
di Indonesia sekitar 18.000 penduduk Indonesia terjangkit penyakit HIV dan
AIDS, 63% remaja melakukan hubungan seksual di luar nikah, 21% diantaranya
melakukan aborsi dan sekitar 3,2 juta penduduk Indonesia adalah pemakai narkoba
dan 1,1 juta diantaranya adalah pelajar tingkat SMP hingga mahasiswa. Keadaan
inilah yang membuat keadaan negeri ini semakin buruk.
2.2 Sebab-sebab penurunan moral
Orang tua merupakan orang yang paling dekat
dengan anak sekaligus orang pertama yang memberikan kasih sayang, bahkan ketika
anak itu masih ada dalam kandungan. Contohnya saja seorang ayah mengumandangkan
adzan dengan lirih di telinga sang anak ketika ia baru saja dilahirkan, itulah
bekal awal untuk mengawali hidup dengan kebaikan. Sedangkan, ketika sang anak
hendak tidur, ibulah yang menenangkan atau membacakan dongeng untuknya. Tidak
hanya itu, ayah dan ibu juga mengajari putra putrinya berjalan, berbicara dan
mulai berkomunikasi dengan orang lain. Dengan begitulah, orang tua memberi
bekal utama dalam megendalikan anaknya untuk menjadi anak yang baik.
Namun, kenyataannya ada orang tua yang belum
mengerti bagaimana cara mengasuh anak dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Buktinya, ada saja orang tua yang menitipkan anaknya kepada babby sitter atau
pembantu rumah tangga. Sehingga, anak tersebut mendapatkan pendampingan
tumbuh dan berkembang bukan dari orang tua yang sudah berkeahlian mengurus anak
dan tidak pula orang tua itu menjadi pendamping terindah ketika anaknya tumbuh.
Ada saja alasan yang dijadikan para orang tua untuk memutuskan menitipkan anak
kepada babby sitter. Salah satu alasan andalannya adalah karena harus mencari
nafkah untuk membiayai anak itu, padatnya jam kerja dan lain sebagainya.
Seharusnya tidak begitu. Boleh saja bekerja, tanpa melupakan tugas utama
sebagai orang tua.
Ada pepatah bilang, bahwa “segala sesuatu yang
ditangani oleh orang yang bukan ahlinya, tunggulah saat kehancurannya.” Berarti
harusnya para orang tua harus memiliki kemampuan dalam hal mengurus anak.
Tidak hanya itu, bentuk perlakuan yang diterima
anak dari orang tua dan lingkungan, menentukan kualitas kepribadian seorang
individu. Seseorang yang memiliki kepribadian lemah karena ia kurang mendapat
perhatian penuh dari orang tua, kurang rasa aman, sering dimanjakan.
Sebaliknya, seseorang yang memiliki kepribadian yang kuat karena ia telah
mendapat perhatian penuh dari orang tua, kehangatan jiwa dan pemberian
pengalaman hidup dari orang tuanya.
Peran kedua sebagai seseorang yang mengembangkan
karakter anak adalah guru. Sebagai seorang guru, hendaknya memiliki kemampuan
dalam mendidik siswanya terutama sering-sering mengecek siswanya. Tidak hanya
sekedar menghabiskan bab-bab pada buku pelajaran, sekedar menyampaikan
informasi atau mengejar target kurikulum.
Menurut pengakuan salah satu siswa, ada saja penyakit guru yang dapat
mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas, diantaranya :- Tidak punya selera mengajar
- Kurang memperkaya materi (lemah sumber)
- Kurang disiplin
- Asal masuk kelas
- Tidak bisa komputer
- Kurang terampil
- Asal sampaikan materi, urutan tidak akurat
- Di kelas diremehkan anak
Hal yang seperti inilah yang bisa
menjadi salah satu penghambatnya.
Peran ketiga adalah masyarakat atau
tempat anak itu tinggal atau bermain atau bergaul. Anak bisa terkontaminasi
kebiasaan yang buruk akibat pengaruh luar. Sehingga, sedini mungkin orang tua
harus bisa menjaga anak-anaknya dari pengaruh luar yang negatif.
2.3 Dampak penurunan moral2.3.1 Banyak anak berperilaku anarkis
2.3.2 Banyak anak tidak memiliki sikap yang santun terhadap orang lain
2.3.3 Tidak mau tolong menolong dengan sesama
2.3.4 Tidak menghargai sesuatu
2.3.5 Banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan anak terhadap orang tuanya
2.3.6 Perubahan gaya hidup, mulai dari nilai-nilai agama, social dan budaya
2.3.7 Jati diri bangsa Indonesia luntur
2.4 Upaya meminimalisir penurunan moral
2.4.1 Bagi pra orang tua, sebaiknya mulai sekarang belajar bagaimana mengasuh anak yang baik dan benar dengan cara mengikuti parenting education
2.4.1 Lebih memperhatikan anak dan mendampingi anak dalam situasi apapun
2.4.1 Mengutamakan waktu bersama dengan keluarga walaupun jam kerja padat
2.4.1 Bagi para guru, sebaiknya mulai menerapkan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan serta membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam suatu mata pelajaran.
2.4.1 Guru yang menjadi contoh dan panutan di sekolah juga harus dapat memberi contoh yang baik kepada murid-muridnya, seperti berpakaian rapi, berkata sopan, disiplin, perhatian kepada murid dan menjaga kebersihan.
2.4.1 Melakukan kegiatan-kegiatan rutin di sekolah, seperti setiap hari senin melakukan upacar bendera, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru atau teman
2.4.1 Mengkoreksi perbuatan yang kurang baik secara spontan, misalnya menegur ketika siswa berteriak-teriak ketika proses pembelajaran berlangsung
2.4.1 Memuji perbuatan tepuji, misalnya memperoleh nilai tinggi, membantu teman atu bahkan memperoleh prestasi dibidang seni atau olahraga
2.4.1 Sekolah sebaiknya mendukung program pendidikan budaya ddan karakter bangsa dalam perwujudan misalnya toilet sekolah yang bersih, bak sampah terletak di berbagai tempat dan kondisi sekolah yang bersih
2.4.1 Kita sendiri sebagai pelajar, hendaknya dapat menyaring hal-hal yang baik menurut kita dan hal-hal yang buruk bagi kita
2.5 Pengaruh penurunan moral terhadap prestasi belajar
Sebuah penelitian yang sangat mengejutkan yang menyangkut kecerdasan seseorang dalam meraih kesuksesan pernah dikemukakan oleh pakar kelas dunia, Daniel Goleman yang menyatakan bahwa “80% kesuksesan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosinya (emotional quotient=eq), sedangkan 20% ditentukan oleh IQnya.” Disinilah pembentukan karakter itu sangat berperan untuk meraih kesuksesan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dapat dijadikan obat agar terjadi peningkatan prestasi akademik pada siswa.
Bab III
Penutup
3.1 SimpulanDari berbagai uraian yang panjang lebar diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
3.1.1 Di negeri ini sudah jelas terjadi penurunan moral yang cukup memprihatinkan, sehingga seluruh lapisan masyarakat harus bertindak lebih lanjut atas hal ini
3.1.2 Pendidikan budaya dan karakter bangsa ini sangat berpengaruh pada prestasi siswa dan akhlak setiap individu
3.1.3 Orang tua dan guru merupakan orang pertama yang member bekal kepada anak-anak bangsa tentang pendidikan karakter sebelum anak tersebut terjun di masyarakat
3.1.4 Perilaku anak tergantung dari pemberian contoh oleh orang tua terutama dan gurunya
3.1.5 Keadaan lingkungan juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang seorang anak bangsa
3.1.6 Pengaruh yang mendasar akibat penurunan moral adalah pesatnya globalisasi
3.2 Saran
Ada beberapa saran yang perlu kami sampaikan untuk kelanjutan penulisan karya ilmiah ini, diantaranya :
3.2.1 Semoga dengan adanya karya ilmiah sederhana yang kami tulis ini dapat memperkaya pendapat pembaca untuk mengembangkan pendidikan karakter pada anak
3.2.2 Dapat dijadikan referensi tentang pendidikan karakter pada anak
Daftar pustaka
ü Beberapa pendapat siswa
ü Fadjaray, Suhadi. 2012. Character Building Strategies Bercocok Tanam Karakter di Kebun Sanubari Anak. Jakarta: Rahmat Media Press (RAHMA PRESS).
K ENAKALAN REMAJA:PENYEBAB DAN ANTISIPASINYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi
tua tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang
berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang
manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri.
Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering
dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja
sering menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua. Padahal bagi remaja, masa
ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, para
orang tua hendaknya berkenan menerima remaja sebagaimana adanya. Jangan terlalu
membesar-besarkan perbedaan. Orang tua hendaknya justru menjadi teladan di
depan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala
tindak-tanduk si remaja.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa (Ahmadi,
2006:112). Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang
berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah
tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih belum cukup
matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling
sesuai baginya dan ini pun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui
banyak kesalahan.
Kesalahan
yang dilakukannya sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak
menyenangkan bagi lingkungan dan orang tuanya. Kesalahan yang diperbuat para
remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini
karena mereka memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahankesalahan
yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai
kenakalan remaja.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah
dalam makalah ini adalah :
a.
Hal-hal yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja.
b.
Kiat untuk menangkal agar terhindar dari pengaruh kenakalan remaja.
1.3
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
a.
Hal-hal apa sajakah yang dapat menyebabkan timbulnya
kenakalan remaja?
b.
Bagaimanakah kiat untuk menangkal agar terhindar dari
pengaruh kenakalan remaja?
1.4
Tujuan Penulisan
Makalah
ini dimaksudkan untuk membahas :
a. Hal-hal
yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja
b. Kiat untuk
menangkal agar terhindar dari pengaruh kenakalan remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
Hasan (2005:79) mengatakan bahwa masalah kenakalan
remaja mulai mendapat perhatian yang khusus sejak dibentuknya suatu peradilan
untuk anak-anak nakal tahun 1899 di Amerika Serikat. Dalam pandangan umum,
kenakalan anak di bawah umur 13 tahun masih dianggap wajar, sedangkan kenakalan
anak di atas usia 18 tahun dianggap merupakan salah satu bentuk kejahatan.
Dalam makalah ini hanya akan dibahas kenakalan yang dilakukan oleh para remaja
dalam usia 13 sampai dengan 18 tahun.
A. Penyebab
Timbulnya Kenakalan Remaja
Kenakalan
remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa hal, sebagian di antaranya adalah
sebagai berikut.
1. Pengaruh
Kawan Sepermainan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan satu
bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka
di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan
teratas, misalnya anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat
pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang
lainnya.
Di zaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya
membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga para orang tuanya. Orang tua
juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan
tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Akan tetapi,
jika tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya.
Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang
tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak
mempunyai modal ataupun orang tua tidak mampu memenuhinya maka anak akan
menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan
melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik atau obat terlarang dan lain
sebagainya.
Pengaruh kawan ini memang cukup besar dalam membentuk
watak dan kepribadian seseorang ketika remaja. Oleh karena itu, para remaja
hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam bergaul. Jangan bergaul dengan
kawankawan yang tidak benar.
Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, akan banyak
menimbulkan masalah bagi orang
tuanya. Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat
pergaulan, remaja hendaknya mempunyai teman bergaul yang sesuai. Orang tua pun
hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab
rumah tangga kepada si remaja. Orang tua perlu memberi pengertian yang jelas,
sekaligus berilah teladan.
Dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat
mengurangi waktu anak untuk keluyuran yang tidak menentu dan sekaligus dapat
melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah
tangga. Para remaja harus berlatih untuk disiplin serta mampu memecahkan
masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu,
remaja harus tahu tentang batasan teman yang baik.
Beberapa petunjuk tentang kriteria teman baik adalah
sebagai berikut: memberikan perlindungan apabila kita kurang hati-hati. Menjaga
barangbarang dan harta kita apabila kita lengah. Memberikan perlindungan
apabila kita berada dalam bahaya. Tidak pergi meninggalkan kita apabila kita
sedang dalam bahaya dan kesulitan. Membantu sanak keluarga kita.
Sebaliknya, kriteria teman yang tidak baik. Mereka adalah
teman yang akan mendorong seseorang untuk menjadi: Penjudi. Orang yang tidak
bermoral. Pemabuk. Penipu.
Pelanggar hukum.
2.
Pendidikan
Memberikan
pendidikan yang sesuai merupakan salah satu tugas orang tua kepada anak. Agar
anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah yang bermutu.
Adakalanya sekolah yang penanganannya kurang displin sehingga memungkinkan anak
untuk berbuat negatif, misalnya banyaknya jam kosong akan memicu anak ramai dan
berbuat onar di kelas.
Anak pasti juga mempunyai hobi tertentu. Namun demikian,
kadang-kadang hobi akan mengalahkan segalanya, termasuk tanggung jawabnya
sebagai pelajar. Padahal tugas utamanya adalah bersekolah, sedangkan hobi
adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utamanya telah
selesai dikerjakan. Jika penyaluran hobi salah sasaran, juga akan mengakibatkan
berkurangnya pengendalian diri.
3.
Penggunaan Waktu Luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada
kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu
mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini
terlalu banyak, remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan
berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif,
hal ini tidak akan menimbulkan masalah.
Namun demikian, jika ia melakukan kegiatan yang negatif
maka lingkungan dapat terganggu. Sering perbuatan negatif ini hanya terdorong
rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak
jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya.
Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orang tuanya maupun kawan
sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng dan berbahaya
adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan, misalnya
ngebut tanpa lampu di malam hari, mencuri, merusak, minum-minuman keras, obat
bius, dan sebagainya.
Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif
si remaja sendiri, sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang
sesuai. Sebab dalam masyarakat, apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup
anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan
pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka
terpaksa mengikuti tindakan kawankawannya. Akhirnya ia terjerumus. Tersesat.
4. Uang
Saku
Orang tua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan
pengertian bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja
harus belajar menghargai nilai uang. Mereka hendaknya berlatih agar mempunyai
sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir. Anak
diajarkan hidup dengan bijaksana dalam mempergunakan
uang dengan selalu menggunakan prinsip hidup ‘Jalan tengah’. Budayakan menabung
sebagian dari uang sakunya. Menabung bukanlah pengembangan watak kikir,
melainkan sebagai bentuk menghargai uang yang didapat dengan kerja
dan semangat.
Pemberian uang saku kepada remaja memang tidak dapat
dihindarkan. Namun demikian, sebaiknya uang saku diberikan dengan dasar
kebijaksanaan. Jangan berlebihan. Uang saku yang diberikan dengan tidak
bijaksana akan dapat menimbulkan masalah sebagai berikut.
a.
Anak menjadi boros.
b.
Anak tidak menghargai uang.
c.
Anak malas belajar, sebab mereka pikir tanpa kepandaian pun uang gampang.
5.
Pergaulan Bebas
Pada masa ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada
tingkat yang mengkhawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul dengan
lain jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para
remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya.
Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa
remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang
membanggakan. Oleh karena itu, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan
untuk mendapatkan pacar. Sedangkan, pengertian pacaran dalam era globalisasi
informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang
lalu. Akibatnya, di zaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil.
Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan
tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa
kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu
menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan
masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
B. Kiat
Mengatasi Kenakalan Remaja
Sebagian besar orang tua di zaman sekarang sangat sibuk
mencari nafkah. Mereka sudah tidak mempunyai banyak kesempatan untuk
dapat mengikuti terus kemana pun anak-anaknya
pergi. Padahal, kenakalan remaja banyak bersumber dari pergaulan. Oleh karena
itu, para remaja hendaknya memahami pendidikan hukum, agama, dan sosial. Dengan
pendidikan ini kemana saja anak pergi ia akan selalu ingat pesan orang tua dan
dapat menjagai dirinya sendiri. Anak menjadi mandiri dan bisa dipercaya, karena
dapat mengendalikan dirinya sendiri. Selama seseorang masih memerlukan fihak
lain untuk mengendalikan dirinya sendiri, selama itu pula ia akan berpotensi
melanggar peraturan bila si pengendali tidak berada di dekatnya. Inti
pendidikan dapat dibedakan sebagai berikut.
1.
Malu Berbuat Jahat
Benteng penjaga pertama agar remaja tidak salah langkah
dalam hidup ini adalah menumbuhkan rasa malu melakukan perbuatan yang tidak
benar atau jahat. Para remaja harus tahu perbedaan dan akibat perbuatan baik
dan tidak baik. Perbuatan benar dan tidak benar. Orang tua dan guru memiliki
peranan dalam memberikan penjelasan kepada para remaja. Kejelasan orang tua
menerangkan hal ini akan dapat menghilangkan keraguan anak dalam mengambil
keputusan. Keputusan untuk memilih kebaikan dan meninggalkan
kejahatan.
Penjelasan akan hal ini sebaiknya diberikan sejak dini,
semakin awal semakin baik. Apabila anak sudah dapat dengan jelas membedakan
kebaikan dan keburukan, tahap berikutnya adalah tumbuhkan rasa malu untuk
melakukan kejahatan. Kondisikanlah pikiran remaja punya rasa malu, merasa tidak
pantas melakukan pelanggaran peraturan masyarakat. Mengkondisikan munculnya
rasa malu dapat menggunakan cara seperti ketika orang tua mengenalkan pakaian
kepada anak-anaknya. Orang tua selalu berusaha memberikan pakaian yang layak
untuk anak-anaknya. Namun demikian, apabila suatu saat anak mengenakan pakaian
dengan tidak pantas atau mungkin tersingkap sedikit, orang tua segera
membenahinya dan mengatakan, menegaskan bahwa hal itu memalukan.
Sikap itu masih berkenaan dengan masalah pakaian fisik. Pakaian
batin pun juga demikian. Orang tua bila mengetahui bahwa anaknya melakukan suatu
perbuatan yang tidak pantas maka katakan segera bahwa hal itu memalukan.
Kemudian orang tua memberikan saran agar dia tidak mengulangi perbuatan itu
lagi. Bila perbuata itu masih diulang, berilah sanksi. Berilah hukuman yang
mendidik bila perbuatan itu tetap diulang. Usahakan dengan berbagai cara, agar
anak tidak lagi mengulang perbuatan yang tidak baik itu.
2. Takut
Akibat Perbuatan Jahat
Para remaja harus menumbuhkan rasa takut akibat perbuatan
jahat. Remaja harus tahu bahwa akibat perbuatan buruk akan berdampak pada
remaja itu sendiri, orang tua, keluarganya, serta lingkungannya.
Menumbuhkembangkan perasaan malu dan takut melakukan perbuatan yang tidak baik
ataupun berbagai bentuk kejahatan inilah yang akan menjadi
pengawas setia dalam diri setiap orang, khususnya para remaja. Selama dua puluh
empat jam sehari, pengawas ini akan melaksanakan tugasnya. Kemanapun
si remaja pergi, ia akan selalu dapat mengingat dan melaksanakan kedua hal
sederhana ini. la akan selalu dapat menempatkan dirinya sendiri dalam
lingkungan apapun juga sehingga akan mampu
membahagiakan dirinya sendiri, orang tua dan lingkungannya. Orang tua sudah
tidak akan merasa kuatir lagi menghadapi anak-anaknya yang
beranjak
remaja. Orang tua tidak akan ragu lagi menyongsong era globalisasi. Orang
tua merasa mantap dengan persiapan mental yang telah diberikan kepada
anak-anaknya.
Oleh karena itu, pendidikan anak di masa kecil yang
sedemikian rumit tampaknya, akan dapat
dinikmati hasilnya di hari tua.
BAB III
PENUTUP
Remaja memang rawan dengan kenakalan. Kenakalan dapat
datang dari berbagai segi, baik dari segi pergaulan, pendidikan, pemanfaatan
waktu luang, penghargaan uang, dan perilaku seksual. Oleh karena itu, orang tua,
masyarakat, sekolah, dan remaja itu sendiri harus mampu
mengendalikan diri untuk menghindari berbuat negatif. Cara yang dilakukan,
yaitu menumbuhkan rasa malu berbuat jahat dan takut akibat perbuatan jahat.
Rujukan
Anindyarini,
Atikah. 2008. Bahasa Indonesia: SMP/MTs
Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
“Cara
Penulisan Daftar Pustaka”. Januari 2010. http://skripsimahasiswa.blogspot.com/ diakses 19 Februari 2012.
Murniasih,
Tri Retno dan Sunardi. 2008. Pelajaran
bahasa Indonesia 3: untuk SMP/MTs kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
“Teknik
Penulisan Karya Ilmiah, Makalah, Tesis, Disertasi”. 2010. http://www.kosmaext2010.com/ diakses 19 Februari 2012.
12.3 Menulis Surat Pembaca
tentang Lingkungan Sekolah
Menulis surat pembaca adalah cara baik untuk
melibatkan diri dengan topik yang Anda sukai sekaligus memengaruhi opini
publik. Memastikan surat Anda dimuat bukan pekerjaan mudah, namun Anda bisa
meningkatkan kemungkinan surat tersebut dipilih oleh redaksi dengan mengikuti
beberapa panduan dasar. Jika Anda ingin tahu bagaimana cara menulis surat untuk
redaksi, ikutilah beberapa langkah berikut.
Surat pembaca ditulis untuk mengungkapkan keingingan
tertentu penulisnya. Keinginan itu dapat berbentuk ungkapan ketidakpuasan,
protes, usulan, atau bahkan jawaban dari instansi. Untuk itu, kita perlu
mengenal macam-macam surat pembaca.
1. Macam-macam
surat pembaca
Berdasarkan isinya, surat pembaca memiliki tiga macam
bentuk, yaitu pernyataan tidak puas atau protes, pendapat atau usulan, dan
jawaban. Berdasarkan sifatnya, surat pembaca memiliki dua bentuk, yaitu resmi
dan tidak resmi. Surat pembaca resmi yaitu surat pembaca yang ditulis untuk mewakili
suatu instansi. Sedangkan, surat pembaca tak resmi yaitu surat pembaca yang
ditulis berdasarkan keinginan pribadi penulisnya.
2. Cara
menulis surat pembaca
Menulis
surat pembaca dapat dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut :
a.
Memahami persyaratan atau ketentuan
Setiap media mempunyai ketentuan
yang hampir sama untuk memuat surat pembaca yang ditulis pengirimnya. Lihatlah
contoh untuk surat kabar Kompas di bawah ini!
Surat untuk Redaksi Yth hendaknya
dilengkapi fotokopi KTP/SIM/paspor yang masih berlaku, berikut nomor telepon
yang dapat dihubungi. Kompas tidak mengembalikan surat-surat yang diterima.
Sebagai perbandingan, surat kabar
Suara Pembaruan juga mempunyai persyaratan pemuatan surat pembaca. Perhatikan
kutipan berikut!
Suara pembaca dikirim melalui email
opini@suarapembaruan.com atau Faks ke redaksi, disertai alamat lengkap dan
fotocopy identitas yang masih berlaku.
b. Menentukan jenis surat pembaca
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, surat pembaca mempunyai beberapa macam bentuk. Oleh karena itu,
pilihlah jenis surat pembaca yang akan kamu gunakan. Apakah berbentuk ungkapan
ketidakpuasan, pendapat, atau jawaban.
c. Mulai menulis
Nah, setelah memahami syarat dan jenisnya, kamu kini
dapat mulai belajar menulis surat pembaca. Sistematika atau urut-urutan surat
pembaca sebagai berikut :
1) Bagian
judul
2) Paragraf
pembuka
3) Paragraf
isi
4) Paragraf
penutup
Berikut
langkah-langkah yang dapat diikuti saat akan menulis surat pembaca :
1. Tulislah
judul surat pembaca
2. Kepada
siapa isi surat itu kamu maksudkan
3. Buatlah
paragraf pengantar secara naratif atau cerita
4. Sampaikan
isi atau pesan secara jelas dan singkat
5.
Gunakanlah bahasa yang santun agar tidak secara langsung menyinggung perasaan
orang lain
6. Tulislah
nama dan identitasmu secara lengkap dengan dilengkapi fotokopi kartu pelajar.
13.1 Perwatakan dan Penokohan
Tokoh adalah
pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu
menjalin suatu cerita, sedangkan penokohan adalah cara sastrawan
menampilkan tokoh (Aminuddin, 1984:85). Tokoh dalam karya rekaan selalu
mempunyai sikap, sifat, tingkah laku, atau watak-watak tertentu. Pemberian watak
pada tokoh suatu karya oleh sastrawan disebut perwatakan.
Ditinjau dari peranan dan
keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas :
- Tokoh primer/utama
- Tokoh sekunder/tokoh bawahan
- Tokoh komplementer/tokoh tambahan(Sudjiman, 1988:17-20; Sukada, 1987:160; Aminuddin:85-87).
Dilihat dari
perkembangan kepribadian tokoh, tokoh dapat dibedakan atas :
- Tokoh dinamis adalah tokoh yang kepribadiannya selalu berkembang. Sebagai contoh, tokoh yang semula jujur, karena terpengaruh oleh temannya yang serakah, akhirnya menjadi tokoh yang tidak jujur. Tokoh ini menjadi jujur kembali setelah ia sadar bahwa dengan tidak jujur penyakit jantungnya menjadi parah.
- Tokoh statis adalah tokoh yang mempunyai kepribadian tetap.
Bila dilihat
dari masalah yang dihadapi tokoh, dapat dibedakan atas (Aminuddin,
1984:91-92) :
- Tokoh yang mempunyai karakter sederhana adalah tokoh yang hanya mempunyai karakter seragam atau tunggal.
- Tokoh yang mempunyai karakter kompleks adalah tokoh yang mempunyai karakter beraneka ragam kepribadian, misalnya tokoh yang di mata masyarakat dikenal sebagai orang yang dermawan. Pembela kaum miskin, berusaha mengentaskan kemiskinan, ternyata ia juga menjadi Bandar judi.
Sukada (1987:160) merangkum keempat
pembagian di atas menjadi :
- Tokoh datar (flat character), yakni tokoh yang sederhana dan bersifat statis.
- Tokoh bulat (round character ), yakni tokoh yang memiliki kekompleksan watak dan bersifat dinamis.
Dilihat dari
watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan tokoh
antagonis (Aminuddin, 1984:85).
1. Tokoh Protagonis adalah tokoh yang wataknya disukai
pembacanya. Biasanya, watak tokoh semacam ini adalah watak yang baik dan
positif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik, pandai,
mandiri, dan setia kawan. Dalam kehidupan sehari-hari, jarang ada orang yang
mempunyai watak yang seluruhnya baik. Selain kebaikan, orang mempunyai
kelemahan. Oleh karena itu, ada juga watak protagonis yang menggambarkan dua
sisi kepribadian yang berbeda. Sebagai contoh, ada tokoh yang mempunyai profesi
sebagai pencuri. Ia memang jahat, tetapi ia begitu sayang kepada anak dan
istrinya sehingga anak dan istrinya juga begitu sayang kepadanya. Contoh
berikutnya bisa kita lihat, misalnya, pada tokoh yang dikenal masyarakat
sebagai orang yang pelit, padahal dia adalah pemilik panti asuhan itu. Ia
berbuat seakan-akan pelit untuk menutupi kedermawanannya. Ia takut tidak ikhlas
dalam beramal saleh.
2. Tokoh Antagonis adalah tokoh yang wataknya
dibenci pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak
buruk dan negative, seperti pendendam, culas, pembohong, menghalalkan segala
cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius. Meskipun demikian, ada juga
tokoh-tokoh antagonis yang bercampur dengan sifat-sifat yang baik. Contohnya,
tokoh yang jujur, tetapi dengan kejujurannya itu justru mencelakakan temannya; tokoh
yang setia kepada negara, padahal negaranya adalah negara penebar kejahatan di
dunia; tokoh yang memegang teguh janji, tetapi janji itu diucapkan pada orang
yang salah dan berakibat fatal.
Boulton
(dalam Aminuddin, 1984:85) mengungkapkan bahwa cara sastrawan menggambarkan
atau memunculkan tokohnya dapat menempuh berbagai cara. Mungkin sastrawan
menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya hidup di alam mimpi, pelaku yang
memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku yang
memiliki cara yang sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya atau pelaku
egois, kacau, dan mementingkan diri sendiri. Dalam cerita fiksi, pelaku dapat
berupa manusia atau tokoh makhluk lain yang diberi sifat seperti manusia,
misalnya kancil, kucing, kaset, dan sepatu.
Ada
beberapa cara memahami watak tokoh, di antaranya
:
- Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya
- Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian
- Menunjukkan bagaimana perilakunya
- Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri
- Memahami bagaimana jalan pikirannya
- Melihat bagaimana tokoh lain berbicara dengannya
- Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya
- Melihat bagaimanakah tokoh-tokoh yang lain itu memberi reaksi terhadapnya
- Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lain
Suardi Tasrif
(dalam Mochtar Lubis, 1960:18) mengemukakan 7 macam cara melukiskan perwatakan
tokoh cerita, yaitu :
- Physical description; menggambarkan bentuk lahir dari pelaku cerita.
- Portroyal of throught streem of conscious ; pelukisan jalan pikiran atau apa yang terlintas dalam pikiran tokoh.
- Reaction to event: penggambaran tentang bagaimana reaksi pelaku terhadap kejadian-kejadian.
- Direct auther analysis: menganalisis langsung watak tokoh.
- Discussion of environment: pelukisan keadaan sekitar lingkungan pelaku,seperti keadaan kamar yang bisa memberi kesan jorok, dsb.
- Rection of others about to character: pelukisan mengenai bagaimana pandangan pelaku lain terhadap tokoh utama.
- Conversation of about to character: perbincangan oleh pelaku-pelaku lain terhadap tokoh utama, untuk memberi kesan terhadap tokoh utama.
Cara
Pengarang Menggambarkan Karakter tokoh:
1.
Tanggapan
tokoh lain
2.
Penggambran
langsung
3.
Dialog sang
tokoh
4.
Jaln pikiran
/ tindakan tokoh
5.
Gambaran
lingkungan tokoh
Karakterisasi atau Perwatakan atau PenokohanSebelum karakter para tokoh itu diisi dengan sifat dan perilaku untuk menampilkan gambarannya secara jelas, terdapat proses yang disebut karakterisasi atau perwatakan atau penokohan. Karakterisasi adalah metode melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi.
Karakterisasi merupakan pola pelukisan image seseorang yang dapat dipandang dari segi fisik, psikis dan sosiologi.
Dari segi fisik, pengarang melukiskan karakter pelaku misalnya, tampang, umur, raut muka, rambut, bibir, hidung, bentuk kepala, warna kulit, dan lain-lain.
Dari segi psikis, pengarang melukiskan karakter pelaku melalui pelukisan gejala-gejala pikiran, perasaan dan kemauannya. Dengan jalan ini pembaca dapat mengetahui bagaimana watak pelaku.
Dari segi sosiologis, pengarang melukiskan watak pelaku melalui lingkungan hidup kemasyarakatan.
Banyak teori atau metode dalam pembentukan karakterisasi ini. Penggambaran tokoh yang digunakan penulis dalam novel biasanya menggunakan Metode Diskursi (metode langsung) dan Metode Dramatis (metode tidak langsung).
Metode Diskurtif (Metode Telling)
Metode Diskurtif atau dengan cara langsung adalah cara yang ditempuh pengarang jika dia menggambarkan perwatakan tokoh-tokoh secara langsung. Sama halnya dengan Metode Diskurtif, ada juga orang menyebutnya Metode Telling, yakni mengandalkan pemaparan watak tokoh dari komentar langsung pengarangnya.
Melalui metode ini keikutsertaan atau turut
campurnya pengarang dalam menyajikan perwatakan tokoh sangat terasa, sehingga
pembaca memahami dan menghayati perwatakan tokoh berdasarkan paparan pengarang.
Karakterisasi
melalui tuturan pengarang memberikan keluasan dan kebebasan kepada pengarang
dalam menentukan kisahnya. Pengarang tidak sekadar menggiring perhatian pembaca
terhadap komentarnya tentang watak tokoh, tapi juga mencoba membentuk persepsi
pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya.
Kelemahan dari metode ini adalah mempersempit
partisipasi imajinatif pembaca, sedangkan kelebihan metode ini terletak pada
kesederhanaan dan ekonomisnya.
Metode pemaparan karakter tokoh yang dilakukan
secara langsung oleh pengarang biasanya digunakan dalam kisah-kisah rekaan
zaman dulu sehingga pembaca hanya mengandalkan penjelasan yang dilakukan
pengarang semata.
Metode karakterisasi melalui tuturan
pengarang memberikan keluasan dan kebebasan kepada pengarang
dalam menentukan kisahnya. Pengarang berkomentar tentang watak dan kepribadian
para tokoh hingga menembus ke dalam pikiran,
perasaan dan gejolak batin sang tokoh.
Metode Dramatis atau Metode Showing
Metode Dramatis
atau Metode Showing atau dengan
cara tidak langsung adalah pelukisan tokoh secara tidak
langsung terhadap kualitas tokoh. Pengarang menempatkan diri di luar kisahnya
dengan memberikan kesempatan kepada para tokoh lain untuk menampilkan
perwatakan mereka melalui dialog percakapan dan tindakan serta tingkah laku tokoh.
Metode Dramatis
atau Metode Showing ini mengabaikan kehadiran
pengarang, sehingga para tokoh dalam karya sastra dapat menampilkan diri secara
langsung melalui tingkah laku mereka.
Pada metode ini, karakterisasi biasanya dilakukan
melalui (1) pemberian nama, (2) dialog (lokasi dan situasi percakapan), (3)
pemikiran tokoh, (4) pelukisan perasaan tokoh, (5) perbuatan tokoh, (6)
pelukisan fisik, (7) pelukisan latar, (8) jatidiri tokoh yang dituju penutur;
(9) kualitas mental para tokoh; (10) nada suara (tekanan, dialek, dan kosa
kata), (11) tindakan para tokoh, (12) stream of consciousness
atau arus kesadaran, (13) pandangan orang atau banyak tokoh terhadap tokoh
lain.
Dengan metode ini, karakterisasi dapat melalui
penggunaan nama tokoh, penampilan
tokoh, dan tuturan pengarang.
Penggunaan nama tokoh digunakan
untuk memperjelas dan mempertajam perwatakan tokoh serta melukiskan kualitas
karakteristik yang membedakannya dengan tokoh lain.
Faktor penampilan para tokoh
memegang peranan penting dalam hubungannya dengan karakterisasi. Misalnya,
pakaian yang dikenakannya atau bagaimana ekspresinya. Rincian penampilan
memperlihatkan kepada pembaca tentang usia, kondisi fisik/kesehatan dan tingkat
kesejahteraan si tokoh. Sesungguhnya perwatakan tokoh melalui penampilan tidak
dapat disangkal terkait pula kondisi psikologis tokoh dalam cerita rekaan.
Metode perwatakan yang menggunakan penampilan
tokoh memberikan kebebasan kepada pengarang untuk
mengekspresikan persepsi dan sudut pandangnya. Secara subyektif pengarang bebas
menampilkan penampilan para tokoh.
Berikut ini beberapa contoh bagaimana pengarang
menggambarkan karakter tokoh:
Dikutip dari novel “Edensor” karya Andrea Hirata
1.
Tanggapan tokoh lain
“Ibumu,
perempuan yang keras pendiriannya…
“Kau tahu, Ikal? Tanggal
23 oktober waktu itu, pukul setengah dua belas malam, hujan lebat, sudah satu
jam ibumu sakit perut, tapi tak sedikitpun ia mau mengejan.”
2.
Penggambaran langsung
“..taikong
Hamim! Haji Marhaban hamim bin Muktamar Aminudin nama lengkapnya, sama sekali
bukan guru ngaji yang kejam, bukan sama sekali bukan, tapi ia tak lain manusia
terpilih penegar syiar islam, ulam penting penyelamat anak-anak Melayu dari
rayuan Iblis..”
3.
Dialog sang tokoh
Taikong
hamim:
“ Beri hukuman berat sekalian agar wadudh jera !”
“Bagaimana keputusanmu, Pak Cik?! Apa tindakanmu agar tabiat buruk wadudh tak berulang lagi?!”
“Bagaimana, Pak Cik?
Ayah Ikal:
”Baiklah, Taikong."
“Akan kuganti lagi namanya…”
“ Beri hukuman berat sekalian agar wadudh jera !”
“Bagaimana keputusanmu, Pak Cik?! Apa tindakanmu agar tabiat buruk wadudh tak berulang lagi?!”
“Bagaimana, Pak Cik?
Ayah Ikal:
”Baiklah, Taikong."
“Akan kuganti lagi namanya…”
4.
Jalan pikiran / tindakan tokoh
“...sering
aku menyamar memakia mukena sepupuku, menyelinap dalam saf putri, membuata
onar, bulan puasa, aku melubangi buku-buku bamboo dengan linggis, kuisi air dan
karbit. Lalu kuarahkan kejendela masjid saat seisi kampong tarawih. Gas karbit
yang mampat dalam lubang bamboo yang sempit berdentum laksana meriam saat-saat
sumbunya ku sulut. Jama’ah kocar-kacir.”
Malamnya aku
di dampat ibuku
“Lihat
dirimu itu!” bentak ibu. “Inikah sang juru pendamai itu!?
Bikin malu!”
5.
Gambaran Lingkungan
tokoh
….Namun
orang Melayu pedalaman seperti kami, nama amat penting, nama berurusan dengan
agama dan di anggap sumber aura. Dan itu buktinya, asalnya Dienul islam : agama
islam. Jika tabiat anak tak beres, pasti namanya yang pertama di selidik .
Kebajikan purba itu di anut oleh ayahku.
Peranan Tokoh-tokoh
Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra
kebanyakan berupa manusia, atau makhluk lain yang mempunyai sifat seperti
manusia. Artinya, tokoh cerita itu haruslah hidup secara wajar, mempunyai unsur
pikiran atau perasaan yang dapat membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan
sehingga pembaca merasa seolah-olah berhadapan dengan manusia sebenarnya.
Tokoh merupakan pelaku rekaan dalam sebuah cerita
fiktif yang memiliki sifat manusia alamiah, dalam arti bahwa tokoh-tokoh itu
memiliki “kehidupan” atau berciri “hidup”. Tokoh memiliki derajat lifelikeness
(kesepertihidupan). Karena karya fiksi merupakan hasil karya imajinatif atau
rekaan, penggambaran watak tokoh cerita pun merupakan sesuatu yang artifisial,
yakni merupakan hasil rekaan dari pengarangnya yang dihidupkan dan dikendalikan
sendiri oleh pengarangnya.
Pengarang tidak seenaknya menciptakan dunia di
luar logika para pembaca. Artinya pengarang memakai nama latar, peristiwa dan
tokoh seperti keberadaannya di dunia nyata. Penciptaan tokoh oleh pengarang
harus benar-benar seperti manusia.
Tokoh cerita juga menempati posisi strategis
sebagai pembawa pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin
disampaikan pengarang. Bagaimana penulis menggambarkan karakter tokoh utama
dalam novel sehingga watak-watak tokoh sesuai dengan cerita tema, dan amanat
yang ingin disampaikan pengarang.
Peristiwa dalam karya fiksi selalu dipengaruhi
tokoh-tokoh yang diceritakan dan mengalami kejadian keseharian. Tokoh-tokoh
yang diangkat sebagai pelaku jalannya cerita mengalirkan arus dan membawa
cerita mulai dari awal, klimaks hingga akhir.
Fungsi tokoh utama sangat penting. Pembaca
mengikuti alur cerita karena mengikuti gerak tokoh utama cerita. Setiap
pengarang ingin menunjukkan tokoh-tokoh yang ditampilkan dan secara tidak
langsung ingin menyampaikan sesuatu dari tokoh-tokoh yang ditampilkannya.
Jadi, tokoh merupakan karakter yang diciptakan
pengarang berdasarkan sifat kemanusiaannya. Sebuah cerita tidak mungkin hidup
tanpa adanya tokoh pemeran di dalamnya, karena pada dasarnya cerita adalah
gerak dan laku dari tokoh. Tanpa ada pelaku yang melakukan perbuatan, segalanya
tidak mungkin terjadi.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi merupakan akibat
dari gerak laku atau aksi tokoh-tokoh dalam cerita. Peristiwa yang dimunculkan
pengarang sangat dipengaruhi oleh munculnya tokoh dengan berbagai karakternya.
Tokoh merupakan
individu rekaan yang mengalami berbagai peristiwa cerita dan berfungsi sebagai
penggerak cerita. Tokoh adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami
peristiwa, sebagaimana peristiwa yang digambarkan dalam sebuah alur. Dari
pengertian tersebut, peranan tokoh sangat berpengaruh dalam perjalanan
peristiwa dalam karya fiksi.
Peristiwa dalam kehidupan
sehari-hari selalu diemban tokoh-tokoh tertentu. Pelaku
mengemban peristiwa dalam cerita
fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin
suatu cerita melalui
tokoh-tokohnya.
13.2 Menjelas Alur dalam Cerita
Macam-macam AlurAlur atau Plot adalah rangkaian peristiwa dari awal sampai klimaks serta penyelesaian yang dijalin berdasarkan hubungan urutan waktu atau hubungan sebab akibat sehingga membentuk keutuhan cerita. Ada beberapa jenis alur dalam sastra modern, yaitu :
1. Alur Maju (Progesi)
Alur maju (Progesi) adalah sebuah alur yang memiliki klimaks di akhir cerita dan merupakan jalinan/ rangkaian peristiwa dari masa kini ke masa lalu yang berjalan teratur dan berurutan sesuai dengan urutan waktu kejadian dari awal sampai akhir cerita.
2. Alur Mundur (Regresi)
Alur mundur (Regresi) adalah sebuah alur yang menceritakan tentang masa lampau yang memiliki klimaks di awal cerita dan merupakan jalinan/ rangkaian peristiwa dari masa lalu ke masa kini yang disusun tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian dari awal sampai akhir cerita.
3. Alur Sorot balik (Flashback)
Alur Sorot balik (Flashback) adalah alur yang terjadi karena pengarang mendahulukan akhir cerita dan setelah itu kembali ke awal cerita. Pengarang bisa memulai cerita dari klimaks kemudian kembali ke awal cerita menuju akhir.
4. Alur Campuran (maju-mundur)
Alur Campuran adalah alur yang diawali klimaks, kemudian melihat lagi masa lampau dan dilanjutkan sampai pada penyelesaian yang menceritakan banyak tokoh utama sehingga cerita yang satu belum selesai kembali ke awal untuk menceritakan tokoh yang lain.• Disebut juga alur Maju - Mundur•
5. Alur Gabungan
Alur Gabungan adalah alur yang merupakan gabungan dari alur maju dan alur mundur.
6. Alur Klimaks
Alur Klimaks adalah alur yang susunan peristiwa menanjak dari peristiwa biasa meningkat menjadi penting yakni lebih menegangkan.
7. Alur Antiklimaks
Alur Antiklimaks adalah alur yang susunan peristiwanya makin menurun dari peristiwa menegangkan kemudian menjadi kendor dan berakhir dengan peristiwa biasa.
8. Alur Kronologis, Alur Kronologis adalah alur yang susunan peristiwanya berjalan sesuai dengan urutan waktu. Dalam alur ini terdapat hitungan jam, menit, detik, hari, dan sebaginya..
14.1 Pengertian Drama, Unsur-unsur Drama, Ciri-ciri Drama
Drama
berasal dari kata Yunani, draomai yang berarti berbuat, bertindak,
bereaksi, dan sebagainya. Jadi, kata drama dapat diartikan sebagai perbuatan
atau tindakan. Seraca umum, pengertian drama adalah karya sastra yang
ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud dipertunjukkan oleh aktor. Pementasan
naskah drama dikenal dengan istilah teater. Dapat dikatakan bahwa drama
berupa cerita yang diperagakan para pemain di panggung. Selanjutnya, dalam
pengertian kita sekarang, yang dimaksud drama adalah cerita yang diperagakan di
panggung berdasarkan naskah. Pada umumnya, drama mempunyai dua arti, yaitu
drama dalam arti luas dan drama dalam arti sempit. Dalam arti luas, pengertian
drama adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang
dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit, pengertian drama
adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas
panggung.
Pengertian drama
Drama adalah karangan
yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia dalam bertingkah laku yang
dipentaskan dalam beberapa babak. Seni drama sering disebut seni teater.
Sejarah
drama sebagai tontonan sudah ada sejak zaman dahulu.
Nenek moyang kita sudah memainkan drama sejak ribuan tahun yang lalu. Bukti
tertulis yang bisa dipertanggung jawabkan mengungkapkan bahwa drama sudah ada
sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah drama kuno di Yunani.
Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya
berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa. Sejarah lahirnya drama di
Indonesia tidak jauh berbeda dengan kelahiran drama di Yunani. Keberadaan drama
di negara kita juga diawali dengan adanya upacara keagamaan yang
diselenggarakan oleh para pemuka agama. Intinya, mereka mengucapkan mantra dan
doa.
Ada
beberapa jenis drama tergantung dasar yang digunakannya. Dalam pembagian
jenis drama, biasanya digunakan tiga dasar, yakni: berdasarkan penyajian
lakon drama, berdasarkan sarana, dan berdasarkan keberadaan naskah drama.
Berdasarkan
penyajian lakon, drama dapat dibedakan menjadi delapan jenis, yaitu:
- Tragedi: drama yang penuh dengan kesedihan
- Komedi: drama penggeli hati yang penuh dengan kelucuan.
- Tragekomedi: perpaduan antara drama tragedi dan komedi.
- Opera: drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik.
- Melodrama: drama yang dialognya diucapkan dengan diiringi melodi/musik.
- Farce: drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan.
- Tablo: jenis drama yang mengutamakan gerak, para pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-gerakan.
- Pantomim: adalah
drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa
pembicaraan.
Sendratari: gabungan antara seni drama dan seni tari.
Berdasarkan sarana pementasannya,
pembagian jenis drama dibagi antara lain:
- Drama Panggung: drama yang dimainkan oleh para aktor dipanggung.
- Drama Radio: drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengarkan oleh penikmat.
- Drama Televisi: hampir sama dengan drama panggung, hanya bedanya drama televisi tak dapat diraba.
- Drama Film: drama film menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukkan di bioskop.
- Drama Wayang: drama yang diiringi pegelaran wayang.
- Drama Boneka: para tokoh drama digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang.
Jenis
drama selanjutnya adalah, berdasarkan ada atau tidaknya
naskah drama. Pembagian jenis drama berdasarkan ini, antara lain:
- Drama Tradisional: tontonan drama yang tidak menggunakan naskah.
- Drama Modern: tontonan drama menggunakan naskah.
Drama modern
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
- Drama konvensional (sandiwara) adalah drama yang bertolak dari lakon drama yang disajikan secara konvensional.
- Drama kontemporer (teater mutakhir) adalah drama yang mendobrak konvensi lama dan penuh dengan pembaharuan, ide-ide baru, gagasan baru, penyajian baru, penggabungan konsep Barat-Timur.
UNSUR-UNSUR DRAMA (TOKOH, LATAR, DAN AMANAT DRAMA)
Unsur-unsur
drama
- Tema adalah ide pokok atau gagasan utama sebuah cerita drama
- Alur yaitu jalan cerita dari sebuah pertunjukkan drama mulai babak pertama hingga babak terakhir
- Tokoh drama atau pelaku drama terdiri dari tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama atau peran utama disebut primadona sedangkan peran pembantu disebut figuran
- Watak adalah perilaku yang diperankan oleh tokoh drama. Watak protagonis adalah watak (periku) baik yang diperankan oleh tokoh drama, contohnya : penyabar, kasih sayang, santun, pemberani, pembela yang lemah, baik hati dan sebagainya. Sedangkan watak antagonis adalah watak (perilaku) jahat yang diperankan oleh tokoh drama, contohnya : sifat iri dan dengki, kejam, penindas dan sebagainya
- Latar atau setting adalah gambaran tempat, waktu dan situasi peristiwa dalam cerita drama
- Amanat drama adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada penonton. Amanat drama atau pesan disampaikan melalui peran para tokoh drama.
g. Bloking atau Akting
h. Tata rias
Perhatikan
teks drama berikut !
Zaman
Karya : Sri
Kuncoro
Ibu :
Ayah, sepertinya hujan akan turun. Lihatlah mendung itu gelap
sekali. Di
Ayah : Tenanglah Bu. Mereka, ‘kan sudah dewasa.
Ibu : Tapi, ‘kan tidak biasanya mereka pulang terlambat. Lagi pula mendung
Ayah : Mereka toh bisa berlindung, jika nanti hujan turun dengan lebat.
Ibu : Ah, Ayah selalu begitu!
Ayah : Ah, Ibu juga selalu begitu!
(Keduanya diam, lalu anak ke-2 memasuki pintu panggung)
Ibu : Kenapa pulang terlambat, Man? Sudah makan siang, Nak?
Anak 2 : Sudah Bu. Tadi, ada demo yang menghambat lalu lintas.
Ayah : Demo tentang apa dan oleh siapa?
Anak 2 : Tidak tahu, Ya. Saya tidak peduli demo macam apa dan oleh siapa.
(Masuk ke kamar, ganti baju, dan keluar lagi).
Ibu : Kau mau kemana lagi, Man?
Anak 2 : Voli, Bu. Ada latihan di stadion.
Ibu : Mendung begitu gelap, kakakmu belum pulang. Carilah dulu!
Anak 2 : Saya sudah terlambat, Bu. Lagi pula Kakak pasti bisa menjaga diri.
Ibu : Hujan akan segera turun. Nanti dia terjebak hujan. Jemputlah dulu!
Anak 2 : Bu, saya sudah berumur 19 tahun. Jadi, saya rasa, Kakak juga sudah
Ayah : Man, jangan kasar kepada ibumu!
(Anak 1 mendadak nyelonong masuk dan menghempaskan tubuhnya ke
Anak 2 : Tuh, Bu, Putri Cinderela sudah kembali ke istana. Saya pergi dulu!
Anak 1 : Reseh, lu!
Anak 1 : Biasalah, Bu, memperjuangkan keadilan.
Ayah : Keadilan macam apa?
Anak 1 : Keadilan bagi rakyat jelata. Sekarang ini, ya, segala kepentingan umum
Ibu : Kau berurusan dengan polisi?
Anak 1 : Demi keadilan, Bu.
Ibu : Jangan macam-macam kamu, ya,!
Anak 1 : Ibu jangan khawatir. Jangan panik seperti itu!
Ayah : Tenanglah Bu. Mereka, ‘kan sudah dewasa.
Ibu : Tapi, ‘kan tidak biasanya mereka pulang terlambat. Lagi pula mendung
Ayah : Mereka toh bisa berlindung, jika nanti hujan turun dengan lebat.
Ibu : Ah, Ayah selalu begitu!
Ayah : Ah, Ibu juga selalu begitu!
(Keduanya diam, lalu anak ke-2 memasuki pintu panggung)
Ibu : Kenapa pulang terlambat, Man? Sudah makan siang, Nak?
Anak 2 : Sudah Bu. Tadi, ada demo yang menghambat lalu lintas.
Ayah : Demo tentang apa dan oleh siapa?
Anak 2 : Tidak tahu, Ya. Saya tidak peduli demo macam apa dan oleh siapa.
(Masuk ke kamar, ganti baju, dan keluar lagi).
Ibu : Kau mau kemana lagi, Man?
Anak 2 : Voli, Bu. Ada latihan di stadion.
Ibu : Mendung begitu gelap, kakakmu belum pulang. Carilah dulu!
Anak 2 : Saya sudah terlambat, Bu. Lagi pula Kakak pasti bisa menjaga diri.
Ibu : Hujan akan segera turun. Nanti dia terjebak hujan. Jemputlah dulu!
Anak 2 : Bu, saya sudah berumur 19 tahun. Jadi, saya rasa, Kakak juga sudah
Ayah : Man, jangan kasar kepada ibumu!
(Anak 1 mendadak nyelonong masuk dan menghempaskan tubuhnya ke
Anak 2 : Tuh, Bu, Putri Cinderela sudah kembali ke istana. Saya pergi dulu!
Anak 1 : Reseh, lu!
Anak 1 : Biasalah, Bu, memperjuangkan keadilan.
Ayah : Keadilan macam apa?
Anak 1 : Keadilan bagi rakyat jelata. Sekarang ini, ya, segala kepentingan umum
Ibu : Kau berurusan dengan polisi?
Anak 1 : Demi keadilan, Bu.
Ibu : Jangan macam-macam kamu, ya,!
Anak 1 : Ibu jangan khawatir. Jangan panik seperti itu!
mana anak-anak?
begini dahsyat.
bukan balita lagi.
sofa)
Ibu :
Dari mana kau, Martha?
sudah dimanipulasi oleh
kepentingan golongan dan orang-orang tertentu.
Tadi, ya, seandainya tidak ada bentrok dengan polisi, kami sudah bisa
menembus gedung yang angkuh itu.
Setelah membaca
kutipan naskah di atas maka kita dapat mengetahui unsur-unsur
intrinsiknya, yaitu :
- Tema : kehidupan sosial
- Tokoh : Ayah, Ibu, Anak 1(Maman), Anak 2 (Martha)
- Watak tokoh : Ibu berwatak khawatir dan penyayang, Martha berwatak pembela keadilan
- Amanat : jika ingin beraktivitas setelah pulang sekolah (kuliah) sebaiknya izin dahulu kepada orang tua agar mereka tidak khawatir
- Latar : Dalam rumah ketika hujan akan turun
Ciri-ciri Teks Drama :
- Seluruh cerita berbentuk
dialog, baik tokoh maupun narator. Inilah ciri utama naskah dialog, semua
ucapan ditulis dalam teks.
Contoh :
Suatu
hari di sebuah desa terpencil, ada seorang pemuda berpenampilan sederhana. Ia
bernama Paijo.
- Semua dialog tidak
menggunakan tanda petik ("..."). Dialog drama bukan kalimat
langsung. Oleh karena itu, naskah drama tidak memakai tanda petik.
Contoh :
Fiqi : Kita bisa selesaikan masalah ini.
Paijo : Sudahlah! Kamu tidak perlu memikirkan ini. Ini bukan masalah yang besar. Jadi kita tidak perlu membincangkan terlalu serius. - Naskah drama dilengkapi
petunjuk tertentu yang harus dilakukan tokoh pemerannya. Petunjuk itu
ditulis dalam tanda kurung (...) atau dengan memberikan jenis huruf yang
berbeda dengan huruf dialog.
Contoh :
Fiqi : Sudah! Jangan dilanjutkan lagi perkelahian ini. Sebaiknya kita selesaikan secara dewasa (sambil berwajah serius) - Naskah drama terletak diatas
dialog atau disamping kiri dialog.
Contoh :
Stark : Saat ini Loki sudah berhasil membuka portal-nya.
Thor : Saatnya kita beraksi.
Fiqi: Jangan gegabah, sebaiknya kita membangun strategi dulu Stark.
W.S. Rendra adalah seorang tokoh drama dari Indonesia
Judul Drama terkenal di dunia dan di Indonesia : "Kaki Palsu"
W.S Rendra
|
Kaki Palsu adalah drama
pertamanya, dipentaskan ketika ia di SMP, dan Orang-orang di Tikungan Jalan
adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari
Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Pada saat itu
ia sudah duduk di SMA. Penghargaan itu membuatnya sangat bergairah untuk berkarya.
Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya, Sastra Indonesia Modern II (1989),
berpendapat bahwa dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern Rendra tidak
termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan
'60-an,
atau Angkatan
'70-an.
Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan
sendiri.
Karya-karya
Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak
karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman,
Jepang, dan India.
Profesor Harry Aveling, seorang
pakar sastra dari Australia yang besar perhatiannya terhadap kesusastraan
Indonesia, telah membicarakan dan menerjemahkan beberapa bagian puisi Rendra
dalam tulisannya yang berjudul “A Thematic History of Indonesian Poetry: 1920
to 1974”. Karya Rendra juga dibicarakan oleh seorang pakar sastra dari Jerman
bernama Profesor Rainer Carle dalam bentuk disertasi yang berjudul Rendras
Gedichtsammlungen (1957—1972): Ein Beitrag Zur Kenntnis der Zeitgenossichen
Indonesischen Literatur. Verlag von Dietrich Reimer in Berlin: Hamburg
1977.
Penghargaan yang pernah diraihnya:
- Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta (1954)
- Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956)
- Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970)
- Hadiah Akademi Jakarta (1975)
- Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976)
- Penghargaan Adam Malik (1989)
- The S.E.A. Write Award (1996)
- Penghargaan Achmad Bakri (2006).
15.2 Mengidentifikasi Kebiasaan, Adat,
dan Etika dalam
Novel Angkatan 20-30an
Hasil karya sastra merupakan cermin
zamannya. Sastra yang diciptakan pada masa sekarang tentu sangat berbeda dengan
karya sastra yang diciptakan pada tahun 20-an atau 30-an. Tahun 20-an atau
30-an merupakan masa penjajahan sehingga karya sastra yang dihasilkan
menggambarkan kehidupan pada masa penjajahan dengan liku-likunya. Kebiasaan,
adat, dan etika yang dilukiskan pun merupakan pelukisan pada masa itu. Dengan
demikian kebiasaan, adat, etika, dan pola pikir tokoh-tokohnya tentu berbeda
dengan novel yang diciptakan pada sekarang. Namun demikian tentu saja masih
banyak juga adat, kebiasaan, etika dan pola pikir masa itu yang masih relevan
dengan situasi sekarang. Dengan mendalami kebiasaan, adat, etika, dan pola
pikir yang terdapat dalam novel 20- atau 30-an kemudian membandingkan dengan
situasi sekarang, kita dapat melihat bagaimana perkembangannya sampai sekarang
ini. Hal ini penting dipelajari agar kita mampu mempertahankan nilai-nilai yang
baik dan relevan dengan sekarang dan menghindari atau menjauhi kebiasaan, adat,
etika, dan pola pikir yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di
tengah-tengah masyarakat kita, baik nilai moral, sosial, maupun nilai agama.
Itu sebabnya kompetensi dasar ini penting untuk kamu kuasai dengan baik.
Pengertian
Mengidentifikasi =mengenali
Kebiasaan = kegaliban, kelaziman, kerutinan
Adat = budaya, tata cara, aturan
Etika = etiket, akhlak, budi pekerti, tata susila: kesopanan, kesantunan.
Mengidentifikasi =mengenali
Kebiasaan = kegaliban, kelaziman, kerutinan
Adat = budaya, tata cara, aturan
Etika = etiket, akhlak, budi pekerti, tata susila: kesopanan, kesantunan.
Adat dan
Kebiasaan dalam Novel Angkatan 20-30an
Setiap zaman mempunyai adat dan kebiasaannya masing-masing, misalnya dalam cara berpakaian, makan, bertamu, upacara pernikahan, syukuran kelahiran anak, dan sebagainya. Kebiasaan satu masyarakat dapat diketahui dari karya-karya yang diciptakan pada masyarakat itu. Sebagai contoh, perhatikan cuplikan berikut.
Setiap zaman mempunyai adat dan kebiasaannya masing-masing, misalnya dalam cara berpakaian, makan, bertamu, upacara pernikahan, syukuran kelahiran anak, dan sebagainya. Kebiasaan satu masyarakat dapat diketahui dari karya-karya yang diciptakan pada masyarakat itu. Sebagai contoh, perhatikan cuplikan berikut.
Berkali-kali
ia bangun dari tidurnya. Lalu, memasang lampu listrik dan menulis surat panjang
kepada Corrie. Tapi, dirinya semakin khawatir saja. Maka, dengan tidak berpikir
panjang, dibukanyalah lemari pakaiannya. Lalu, diisinya sebuah koper kulit
dengan pakaian dan pelbagai barang yang berguna bagi perjalanannya. Hanafi akan
berangkat ke Semarang.
Dengan tidak dibacanya lagi, surat itu dibungkusnya, diletakkannya di atas meja beranda muka. Jika ia otak tenang di hati, kemudian dapat pula membaca suratnya itu niscahaya Hanafi akan heran, bagaimanakah keadaan otaknya masa itu. Karena surat amat kacau isinya dan tidak berkentuan ujung pangkalnya.
Dengan tidak dibacanya lagi, surat itu dibungkusnya, diletakkannya di atas meja beranda muka. Jika ia otak tenang di hati, kemudian dapat pula membaca suratnya itu niscahaya Hanafi akan heran, bagaimanakah keadaan otaknya masa itu. Karena surat amat kacau isinya dan tidak berkentuan ujung pangkalnya.
(Salah Asuhan, Abdul Muis,
1928)
Terdapat beberapa alat teknologi yang dinyatakan dalam
cuplikan di atas, yakni lampu listrik, surat, lemari pakaian, dan koper kulit.
Dengan demikian, berdasarkan cerita itu, alat-alat seperti lampu listrik dan
lemari pakaian sudah dikenal pada tahun 1920-1930an. Hanya saja bentuknya yang
mungkin berbeda.
Dari sebuah cerita, kita pun dapat mengenal adat dan kebiasaan satu masyarakat. Seperti tampak dalam cerita tersebut, yaitu:
– Pakaian disimpan dalam lemari
– Bila bepergian (jauh) membawa koper kulit
Dari sebuah cerita, kita pun dapat mengenal adat dan kebiasaan satu masyarakat. Seperti tampak dalam cerita tersebut, yaitu:
– Pakaian disimpan dalam lemari
– Bila bepergian (jauh) membawa koper kulit
Kaitan Isi
Novel dengan Kehidupan Nyata
Cerita dalam novel merupakan hasil imajinasi. Meskipun demikian, hal itu tidak lepas dari pengalaman nyata pengarangnya, tidak lepas pula dari adat kebiasaan yang berlaku pada masyarakatnya. Sebagai contoh, perhatikan kembali cuplikan novel Salah Asuhan. Memasang lampu listrik ketika akan menulis surat merupakan peristiwa yang biasa dilakukan ketika malam hari. Begitu pun dengan mengisi koper dari pakaian yang diambil dari dalam lemari, juga merupakan peristiwa yang sering dijumpai dalam kehidupan nyata.
Cerita dalam novel merupakan hasil imajinasi. Meskipun demikian, hal itu tidak lepas dari pengalaman nyata pengarangnya, tidak lepas pula dari adat kebiasaan yang berlaku pada masyarakatnya. Sebagai contoh, perhatikan kembali cuplikan novel Salah Asuhan. Memasang lampu listrik ketika akan menulis surat merupakan peristiwa yang biasa dilakukan ketika malam hari. Begitu pun dengan mengisi koper dari pakaian yang diambil dari dalam lemari, juga merupakan peristiwa yang sering dijumpai dalam kehidupan nyata.
Karakteristik
Novel Angkatan 20-30an
Karya-karya sastra yang lahir pada periode 1920-1930an sering disebut sebagai karya sastra Angkatan Dua Puluhan atau Angkatan Balai Pustaka. Disebut Angkatan Dua Puluhan sebab novel yang pertama kali terbit adalah pada tahun 1920, yakni novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar. Disebut juga Angkatan Balai Pustaka area karya-karyanya banyak yang diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka. Peran Balai Pustaka dalam menghidupkan dan memajukan perkembangan sastra Indonesia memang sangat besar. Penerbitan pertamanya adalah buku novel Azab dan Sengsara dan kemudian berpuluh-puluh novel lain diterbitkan pula termasuk buku-buku sastra daerah.
Selain disebut Angkatan Balai Pustaka, Angkatan Dua Puluhan disebut juga Angkatan Siti Nurbaya karena novel yang paling laris dan digemari masyarakat pada masa itu adalah novel Siti Nurbaya karangan Marah Rusli.
Novel-novel yang lahir pada periode tersebut memiliki persamaan-persamaan umum, yakni banyak yang bertemakan masalah adat dan kawin paksa. Novel-novel tersebut juga banyak yang berlatar daerah Minangkabau. Hal tersebut karena dipengaruhi oleh latar belakang pengarangnya mayoritas berasal dari daerah Sumatera Barat.
Karya-karya sastra yang lahir pada periode 1920-1930an sering disebut sebagai karya sastra Angkatan Dua Puluhan atau Angkatan Balai Pustaka. Disebut Angkatan Dua Puluhan sebab novel yang pertama kali terbit adalah pada tahun 1920, yakni novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar. Disebut juga Angkatan Balai Pustaka area karya-karyanya banyak yang diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka. Peran Balai Pustaka dalam menghidupkan dan memajukan perkembangan sastra Indonesia memang sangat besar. Penerbitan pertamanya adalah buku novel Azab dan Sengsara dan kemudian berpuluh-puluh novel lain diterbitkan pula termasuk buku-buku sastra daerah.
Selain disebut Angkatan Balai Pustaka, Angkatan Dua Puluhan disebut juga Angkatan Siti Nurbaya karena novel yang paling laris dan digemari masyarakat pada masa itu adalah novel Siti Nurbaya karangan Marah Rusli.
Novel-novel yang lahir pada periode tersebut memiliki persamaan-persamaan umum, yakni banyak yang bertemakan masalah adat dan kawin paksa. Novel-novel tersebut juga banyak yang berlatar daerah Minangkabau. Hal tersebut karena dipengaruhi oleh latar belakang pengarangnya mayoritas berasal dari daerah Sumatera Barat.
Ciri lainnya
dapat dilihat pada cuplikan berikut.
Pada malam itulah Hanafi baru dapat
“menguak” utangnya kepada ibunya, yaitu utang yang kira-kira belum akan
langsung terbayar, meskipun ia memperbuat mahligai tinggi bagi ibunya. Hanafi
mengakulah sekarang bahwa ibunya bukan orang bodoh, oleh karena itulah
timbullah sebab adab dan cinta kepada orang itu. Sebab selamanya itu, ibunya
hanya memperturutkan saja segala kehendaknya dengan tidak melakukan kekerasan
sekali juga.
(Salah Asuhan, Abdul Muis, 1928)
Novel tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka pada
tahun 1928. Dari bahasanya saja tampak bahwa novel tersebut merupakan karya
tempo dulu. Banyak kata dan kalimat yang tidak dipahami. Walaupun sama-sama
menyatakan hubungan penyebaban, maksud dari kalimat-kalimat itu susah dicerna.
Selain kata-katanya banyak yang telah usang, novel
tahun 20-30an sering menggunakan ungkapan-ungkapan yang bersifat klise (sering
dipakai). Susunan kata yang sejenis banyak digunakan oleh pengarang-pengarang
dalam berbagai karyanya. Kata-kata itu misalnya pada satu hari, tatkala itu,
wajahnya bermuram durja, berbagai-bagai kelakuan mereka, wajahnya cantik
jelita, dsb.
Ciri lainnya bahwa novel tahun 20-30an banyak yang
menggunakan bahasa percakapan sehari-hari. Hal ini berbeda dengan karya-karya
pada periode sebelumnya yang bahasanya itu lebih kaku. Perhatikan kutipan
berikut.
Hanafi menyesali dirinya tidak berhingga-hingga. Maka
ditutupnyalah mukanya dengan kedua belah tangannya, lalu menangis mengisak-isak
sambil berseru dalam hatinya. “Oh, Corrie, Corrie istriku! Di manakah engkau
sekarang? Lihatlah suamimu menyadari untung, lekaslah kembali, supaya kita
menyambung hidup kembali seperti dulu.”
(Salah Asuhan, Abdul Muis, 1928)
Bahasa percakapan sehari-hari dalam cuplikan di atas,
antara lain tampak pada perkataan tokoh Hanafi. Kata-kata tersebut merupakan
ragam bahasa percakapan. Hal ini terutama pada kata seru oh yang sampai
sekarang pun kita sering menggunakannya ketika bercakap-cakap.
Maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri novel angkatan
20-30an adalah sebagai berikut.
Tema : permasalahan adat, romantisme, kawin paksa
Pengarang : berlatar belakang Minangkabau
Bahasa : bersifat klise, percakapan sehari-hari
Tema : permasalahan adat, romantisme, kawin paksa
Pengarang : berlatar belakang Minangkabau
Bahasa : bersifat klise, percakapan sehari-hari
Mengidentifikasi
Kebiasaan, Adat, dan Etika dalam Novel Angkatan 20 – 30-an
Novel-novel di
Indonesia sudah terbit sejak tahun 20 – 30-an, tepatnya tahun 1920, yaitu
diawali dengan munculnya novel "Azab dan Sengsara" karya Merari
Siregar. Setelah kurun waktu tersebut, novel-novel pasti memiliki ciri dan
nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam karya sastra. Perlu diketahui, sastra Indonesia memiliki
periode sastra, yakni:
1.
Periode 1920 - 1933 (Angkatan Balai Pustaka)
2.
Periode 1933 - 1942 (Angkatan Pujangga Baru)
3.
Periode 1942 - 1953 (Angkatan '45)
4.
Periode 1957 - 1961
5.
Periode 1961 - 1975
6. Periode 1975 - 1980-an (cerita rekaan mutakhir)
Kebiasaan, adat, dan etika dalam novel Angkatan 20 –
30 an.
Seperti
yang telah kita ketahui bahwa setiap periode sastra ditulis
berdasarkan latar belakang tradisi yang terdapat pada masa itu. Berikut ini
ciri-ciri kebiasaan, adat, dan etika dalam novel Angkatan 20 – 30-an.
1. Problem
yang dibahas adalah problem adat, misalnya perkawinan, perceraian, perebutan
warisan, dan sebagainya.
2. Pertentangan
antara kaum tua (mewakili adat lama) dengan kaum muda yang terpelajar (mewakili
adat kaum muda).
3. Tema
pendidikan sangat menonjol, bahkan pengarang cenderung menggurui pembaca.
4. Cerita
berlatar belakang kedaerahan (didominasi oleh daerah Sumatra).
5. Tema cerita bersifat romantik.
Dafatr Pustaka
1. Paranto (1981). Teknik Diskusi
dan Aspek-aspek yang Pelu Diperhatiakan Sugeng dalam Pelaksanaanya.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Sugeng Paranto (1981). Teknik
Diskusi dan Aspek-aspek yang Pelu Diperhatiakan dalam Pelaksanaanya.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Maimudin,Yurmaini,dkk (1980). Metode
Diskusi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
4. Sugeng Paranto (1981). Teknik
Diskusi dan Aspek-aspek yang Pelu Diperhatiakan dalam Pelaksanaanya.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
5. Maimudin,Yurmaini,dkk (1980). Metode
Diskusi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
6. Sugeng Paranto (1981). Teknik
Diskusi dan Aspek-aspek yang Pelu Diperhatiakan
7. dalam Pelaksanaanya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
8.
Maimudin,Yurmaini,dkk (1980). Metode Diskusi. Jakarta: Departemen
Pendidikan
9.
Tri Retno Murniasih dan Sunardi. 2008. Pelajaran Bahasa Indonesia untuk
SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. 129-134.
10. Kosasih dan Restuti. 2008. Mandiri
Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Penerbit Erlangga.
123-130.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar